Berita Nasional

Kisah Tragis Bocah 9 Tahun Korban Perundungan, Ucapkan Ini sebagai Kata Terakhir

TA (9), bocah kelas 3 SD dari Kecamatan Kalikajar, Wonosobo, meninggal dunia usai mengalami kekerasan

Istimewa
PERUNDUNGAN - Makam bocah TA dibongkar karena kematiannya dianggap tidak wajar (kiri) ibu korban menunjukkan foto anaknya semasa hidup. 

TRIBUN-BALI.COM, WONOSOBO - TA (9), bocah kelas 3 SD dari Kecamatan Kalikajar, Wonosobo, meninggal dunia usai mengalami kekerasan yang diduga terjadi di lingkungan sekolah.

Kata-kata terakhirnya kepada sang ibu sebelum mengembuskan napas terakhir kini menjadi penanda luka mendalam bagi keluarga.

Permintaan Kecil yang Tak Pernah Terwujud

Siti Fatimah masih mengingat jelas suara lirih anaknya di ranjang rumah sakit. “Bu, TA mau pindah sekolah. Bu, sudah nggak usah nangis lagi, besok TA sudah nggak sakit lagi.”

Baca juga: Viral Eliminasi Induk Anjing, Puskeswan Karangasem Tetap Turun Telusuri Anjing Serang Bocah di Abang

Bagi seorang ibu, kalimat itu terdengar seperti janji kecil untuk sembuh. Tapi siapa sangka, justru menjadi kata-kata terakhir putranya sebelum pergi untuk selamanya.

TA, bocah berusia 9 tahun itu, dikenal sebagai anak pendiam, tidak pernah membuat masalah, dan selalu berpikir dua kali sebelum meminta sesuatu kepada ibunya.

Kini, bangku sekolah dasar tempatnya belajar menjadi saksi awal tragedi yang mengakhiri hidupnya.

Sejak naik ke kelas 3, semangat TA untuk berangkat sekolah mulai menurun.

Baca juga: Perundungan Siswa di Nusa Dua Bali, Dipicu Body Shaming, Begini Permasalahannya

Ia kerap terlihat enggan berangkat, tapi tidak pernah menceritakan alasan sebenarnya.

Hingga suatu hari, ia pulang dengan keluhan sakit perut.

Beberapa hari setelahnya, keluhan itu berubah menjadi sesak napas yang kian parah.

Siti membawanya ke RS PKU Muhammadiyah Wonosobo. Dokter memasang infus, memberi oksigen, dan melakukan pemeriksaan rontgen.

Hasilnya, ada cairan merah segar di paru-paru — pertanda ada sesuatu yang tidak wajar.

Baca juga: VIDEO Kasus Dugaan Perundungan di SMP PGRI 7 Denpasar Berakhir Damai, Tempuh Jalur Kekeluargaan

“Dipukul Teman”

Dalam kondisi lemah, TA sempat menceritakan kepada ayahnya, Dedi Handi Kusuma, bahwa ia dipukul di bagian perut oleh teman sekelasnya.

Informasi ini semakin diperkuat dengan kesaksian beberapa orang yang menyebut peristiwa itu diduga melibatkan lebih dari satu siswa.

“Anak saya bilang satu orang yang mukul, tapi ada yang bilang ada yang megang juga. Bahkan ada yang bilang sampai pingsan,” tutur Dedi lirih, mengingat ucapan terakhir putranya.

TA sempat meminta kepada ayahnya untuk pindah sekolah. Permintaan sederhana itu kini menjadi pesan terakhir yang menggema di hati keluarga.

Kondisi TA memburuk dengan cepat. Setelah dipindahkan ke ICU, dokter melakukan tindakan medis untuk menyedot cairan dari paru-parunya.

Tapi takdir berkata lain. Setelah sempat sadar beberapa jam, TA kembali kritis dan akhirnya meninggal dunia pada Selasa (7/10/2025) malam.

Makam Dibongkar

Setelah muncul dugaan kematian tidak wajar, polisi melakukan ekshumasi atau pembongkaran makam TA pada Kamis (9/10/2025) untuk autopsi.

Kasatreskrim Polres Wonosobo, AKP Arif Kristiawan mengatakan langkah ini diambil demi mengungkap penyebab pasti kematian korban.

“Kami melakukan tindakan ekshumasi untuk memperoleh kejelasan tentang sebab-sebab kematian,” ujarnya.

Awalnya keluarga menolak autopsi. Namun demi keadilan, mereka akhirnya mengizinkan proses tersebut.

“Kalau hasilnya tidak ada apa-apa, kami ikhlas. Tapi kalau ditemukan tanda-tanda penganiayaan, kami minta keadilan,” ujar Siti. (*)

 

Artikel ini telah tayang di TribunPekanbaru.com dengan judul Bikin Sesak, Pesan Terakhir Bocah yang Tewas Diduga Dibully Teman: Bu, Gak Usah Nangis Lagi

 

Berita lainnya di Perundungan di Sekolah

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved