Tayangan ‘Joged Bumbung’ Dimanfaatkan Untuk Cari Duit

Ia lantas menyebut beberapa pemilik akun, termasuk dengan nama berbau Bali, yang postingan videonya tentang tari jaruh ditonton hingga jutaan.

Penulis: Cisilia Agustina. S | Editor: Eviera Paramita Sandi
Tribun Bali/ I Nyoman Mahayasa
Pentas Joged bumbung oleh sekaa Joged Gita Pringga Desa Tamblang, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, di panggung terbuka Ksirarnawa, Art Centre, Denpasar, Bali, Sabtu (18/6/2016)?. 

 TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Ada banyak kanal video di YouTube yang khusus mengunggah video-video joged jaruh atau cabul, namun dengan melabelinya sebagai Joged Bumbung

Berdasarkan penelurusan Marlowe Bandem, pengamat teknologi informasi dan media sosial (medsos) dari STIKOM Bali,  hanya dalam waktu 0,38 detik melakukan pencarian di Google dengan kata kunci ‘joged bumbung’, sudah muncul hasil sebanyak 508.000 link.

Baca: Menyakitkan Mendengar Komentar Tentang Bali Yang Disebut Tempat Maksiat Lantaran Joged Jaruh

Baca: Duh, Jutaan Orang Salah Tonton Tayangan Porno Yang Mencatut Nama `Joged Bumbung`

“Luar biasa popularitas joged jaruh dengan kata kunci Joged Bumbung. Materi-materi yang kontroversial, sensasional, tabu dan mengarah ke porno memang mudah menjadi viral atau menyebar di internet,” terang Marlowe dalam diskusi bertema Kembalikan Jogedku yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Bali di Denpasar, Selasa (1/11/2016).

Diskusi itu membahas tayangan dan pementasan joged jaruh berkedok Joged Bumbung yang dinilai makin meluas dalam beberapa tahun terakhir.

Padahal, Joged Bumbung adalah salah-satu tarian adiluhung Bali yang telah mendapat pengakuan badan kebudayaan dunia UNESCO.

Marlowe menjelaskan, jumlah pengguna medsos yang makin banyak, ditambah adanya kemudahan yang tersedia untuk ‘membagi` (share) konten, membuat sebuah konten yang diunggah bisa menyebar luas.

Kelebihan medsos dengan miliaran penggunanya itulah yang kemudian mengundang orang-orang untuk memanfaatkannya, termasuk secara komersial.

Salah-satunya sebagai sarana untuk beriklan.

Semakin banyak sebuah konten di medsos (misalnya video) disukai dan ditonton,maka semakin besar keuntungan komersial yang bisa diperoleh oleh pemilik akun yang mengunggah konten itu. 

Marlowe berpendapat, salah-satu motivasi pemilik akun YouTube mengunggah video-video terkait joged jaruh itu adalah karena potensi mendapatkan penghasilan dari iklan adsense Google.

“Kalau sebuah video di YouTube ditonton (view) 25 kali saja, si pemilik akun sudah mendapatkan 1 dolar AS atau sekitar Rp 13 ribu. Coba bayangkan, sebuah video tari jaruh berlabel Joged Bumbung itu ada yang ditonton sampai jutaan. Sudah berapa duit yang didapatkan oleh oleh si pemilik akun?” kata Marlowe dengan nada tanya.

Ia lantas menyebut beberapa pemilik akun, termasuk dengan nama berbau Bali, yang postingan videonya tentang tari jaruh ditonton hingga jutaan.

Dengan kata lain, tambah dia, maraknya video-video tari jaruh di medsos bisa jadi karena para pengunggahnya memang sedang mencari penghasilan dari situ. Jadi, bukan cuma iseng semata.

Kalau satu video mendapat view atau ditonton sebanyak satu juta saja, bisa Rp 520 juta yang diperoleh si pemilik akun dari adsense.

Karena menjadi hal yang menggiurkan, maka video-video tentang tari jaruh itu pun terus muncul, dan selalu ada yang baru di medsos.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved