Mengharukan, Ibunda Gusti Bagus Teriak Histeris Setiap Ingat Anaknya, Begini Kondisinya Kini!

Wanita renta itu adalah Gusti Purna (70), ibunda I Gusti Bagus Susila (28) yang meninggal dunia di Kota Ibaraki, Jepang, Jumat (6/1/2017) lalu

Penulis: Lugas Wicaksono | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Tribun Bali/Lugas Wicaksono
Gusti Bagus Jaka menunjukkan foto kakaknya, Gusti Bagus Susila Sana semasa hidupnya melalui layar telepon selulernya di rumahnya di Dusun Prerenan Bunut, Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Buleleng, Senin (9/1/2017). 

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - “SUSILA... Susila... Dija Susila? Ajakin mulih Susila...,” teriakan histeris wanita renta terdengar dari dalam rumah sederhana di satu ujung gang sempit Dusun Prerenan Bunut, Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Buleleng, Bali, Senin (9/1/2017) siang.

Wanita renta itu adalah Gusti Purna (70), ibunda I Gusti Bagus Susila (28) yang meninggal dunia di Kota Ibaraki, Jepang, Jumat (6/1/2017) lalu, karena serangan jantung.

Baca: Jenazah Bagus Ditahan Polisi Jepang, Sameton Bali di Jepang Kumpulkan Rp 100 Juta Lebih

Baca: DPRD Bali Minta Pemprov dan Pemkab Ikut Bantu Pemulangan Jenazah Gusti Bagus

Gusti Purna hanya terbaring lemas di atas ranjang dalam rumahnya dua hari terakhir ini setelah mengetahui kepastian anak sulungnya itu telah tiada.

Seringkai dia berteriak histeris ketika teringat sosok anaknya itu.

Saat demikian, anak keduanya, Gusti Bagus Jaka (25), menenangkannya dengan mengelus lembut kepala ibunya sembari berujar bahwa kakaknya akan segera pulang ke rumah.

Sebenarnya keluarga sudah mendapatkan kabar kematian Bagus Susila sesaat setelah pria itu dinyatakan meninggal dunia melalui media sosial. Tetapi ketika itu keluarga, terutama Gusti Purna, tidak mempercayai kabar buruk itu dan meyakini anaknya masih sehat.

Namun sehari kemudian, keluarga baru percaya ketika adik Bagus Susila, I Gusti Bagus Surya Adika, yang juga tinggal di Kota Ibaraki, Jepang, mengabarkan langsung tentang kematian kakaknya itu kepada keluarganya di Gitgit.

“Kami awalnya memang tidak percaya karena adik saya belum sempat mengunjungi kakak (Bagus Susila), tapi setelah dapat kabar pasti dari adik saya yang di Jepang baru kami percaya. Ibu saya langsung syok berat, tidak kuat setelah dapat kabar itu, begini dah kondisinya, cuma bisa berbaring, kalau teringat dia suka menangis sedih,” ujar Gusti Bagus Jaka.

Menurut dia, kakaknya itu berangkat ke Jepang untuk membantu perekonomian keluarga sejak Juli 2011 lalu.

Tidak berselang lama kemudian, sang adik, Gusti Surya menyusul berangkat ke Jepang dari agen di Tabanan.

Kondisi perekonomian yang belum mencukupi memaksa Bagus Susila untuk berinisiatif merantau ke Jepang.

“Seperti keadaannya yang dilihat sekarang, saya tidak bisa ceritakan, begini kondisi keluarga kami, saya tidak bisa cerita apa, bisa dilihat sendiri kondisi rumah kami,” ucap Gusti Jaka kepada Tribun Bali.

Empat tahun lebih merantau ke Jepang, Bagus Susila sama sekali tidak pernah pulang kampung ke Gitgit.

Ia dengan keluarganya di kampung halaman hanya sesekali berkomunikasi melalui telepon seluler maupun jaringan internetet.

Dua hari sebelum meninggal dunia, Rabu (4/1/2017), Bagus Susila sempat berkabar kepada pamannya melalui sambungan telepon.

Tetapi Gusti Jaka tidak mengetahui apa yang dibicarakan kakaknya itu dengan pamannya.

“Pulang ke rumah tidak pernah, komunikasi jarang, waktu dulu pernah. Terakhir menghubungi paman kalau gak salah tanggal empat,” ungkap Gusti Jaka, sembari memperlihatkan foto kakaknya di ponselnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved