13 Fakta Bade Pengusung Jenazah Roboh, Keluarga Jawab Tudingan Soal Ngaben Pada Hari Siwaratri
Peristiwa langka terjadi pada ritual ngaben di Banjar Cau, Desa Tua, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Bali.
Penulis: I Made Argawa | Editor: Eviera Paramita Sandi
lihat foto
TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Peristiwa langka terjadi pada ritual ngaben di Banjar Cau, Desa Tua, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Bali.
Bade atau wadah pengusung jenazah tiba-tiba roboh saat baru memasuki setra (kuburan).
Kejadian ini pun viral di dunia maya.
Prosesi ngaben dilakukan oleh keluarga dari Geriya Gede di banjar setempat pada Jumat (12/1/2017) sekitar pukul 13.00 Wita.
Kala itu yang diaben adalah almarhum Ida Bagus Made Dana (87).
Berikut 13 fakta tentang peristiwa bade roboh yang viral di dunia maya ini :
1. Peristiwa ini terjadi di Geriya Gede Banjar Cau, Desa Tua, Rabu (17/1/2018), Menantu almarhum, Anom Orbawan Manuaba mengatakan awalnya tidak ada masalah saat prosesi Ngaben.
2. Pada video yang sempat viral di dunia maya tersebut bade tidak langsung diusung oleh warga, namun ditopang dengan menggunakan roda lantas didorong beramai-ramai ke setra.
3. Kondisi geografis area setra lebih rendah sekitar 30 centimeter dari jalan, bade berbobot berat dan jalan turunan dan agak menikung
4. Kecurigaan muncul dari tampilan konstruksi bade, pasalnya, trajangan atau tangga yang dipergunakan saat prosesi ngaben dalam kondisi reot. Hal itu sempat diketahui dan diperbaiki namun bade tidak sempat karena tiba dalam kondisi terbungkus.
5. Saat akan memasuki setra yang jalannya sedikit menurun, bade yang mengusung mertuanya yang telah meninggal pada tanggal 3 Januari pun roboh.
6. Jenazah tidak sampai menyentuh tanah karena tertahan oleh atap bade. Jenazah juga diusung tidak sampai keluar dari bade saat terjatuh karena sudah diikat dengan kuat.
7. Prosesi Ngaben pun dilanjutkan seperti biasa.
8. Keluarga merasa kecewa karena bade yang dibeli roboh. Lebih parahnya lagi, peristiwa bade roboh tersebar di dunia maya.
9. Banyak opini di dunia maya yang menyebut bahwa prosesi pengabenan dilakukan pada hari Siwaratri, nyatanya menurut keluarga prosesi tersebut dilakukan pada hari Jumat sebelum Siwaratri.
