Siap Landas dari Bandara Ngurah Rai, Penumpang Garuda Indonesia 'Terkejut' Mendadak Diminta Turun
Pesawat Garuda Indonesia dari Denpasar menuju Jakarta sudah dalam posisi siap landas di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai,
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Ady Sucipto
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Pesawat Garuda Indonesia dari Denpasar menuju Jakarta sudah dalam posisi siap landas di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Tuban, Badung, Minggu (28/1) pukul 16.05 Wita.
Baca: Heboh, Terjadi Baku Tembak di Sidakarya Denpasar, Pelaku Nekat Tembak Polisi Saat Digerebek
Seluruh penumpang sudah berada di pesawat. Tiba-tiba penumpang diminta turun akibat adanya pergantian kapten pilot.
Baca: Ogoh-ogoh Berlabel Seperti Ini Dilarang Keras Untuk Diarak Saat Pengerupukan
Baca: Sudah Naik Pesawat, Tiba-tiba Disuruh Turun Lagi, Bisa Ada Gugatan Hukum Jika Ini Terjadi
Baca: TRAGIS, Tujuh Pelajar Terseret Arus Pantai Keramat Jembrana, Satu Siswi Tewas Tak Tertolong
Baca: Mahasiswi Kepergok Lagi 'Ngamar' Bareng Pacar, Pengakuannya Mengejutkan
Baca: Ratna Sari Dewi Blak-blakan Soal Kisah Cintanya dengan Presiden Soekarno,Tolak 2 Jutawan Kaya Ini
Para penumpang pun terkejut karena mendadak diminta meninggalkan pesawat.
Apalagi mereka sudah duduk nyaman di kursi pesawat. Bahkan ada yang sudah mematikan handphone (HP).
Banyak yang kecewa atas penundaan penerbangan dengan alasan operasional tersebut. Sembari menggerutu sejumlah penumpang terpaksa turun, dan harus menunda keberangkatan mereka.
Irene Catarine, misalnya, satu di antara penumpang yang kecewa dengan penundaan mendadak tersebut.
Ia pemegang tiket pergi-pulang menggunakan maskapai penerbangan Garuda.
Irene terbang dari Jakarta ke Denpasar menumpang Garuda dengan kode penerbangan GA 0404 Sabtu 27 Januari pukul 09.35 WIB.
Sedianya kembali ke Jakarta dengan pesawat GA 0439, Minggu (28/1) pukul 16.05 Wita. Irene masuk ke pesawat dari terminal D Bandara Ngurah Rai.
"Pesawat kami sesuai jadwal terbang pukul 16.05 Wita. Kami semua penumpang sudah naik ke pesawat. Saat sudah berada di dalam kondisi boarding, HP sudah dimatikan, kok tidak berangkat-berangkat," tutur Irene yang saat dihubungi sedang ngopi di ruang tunggu bandara.
Bahkan Irene mengaku sempat tertidur karena lelah menunggu pesawat yang tidak kunjung terbang.
"Saya sempat tertidur. Pas bangun mengira sudah sampai di Jakarta, eh ternyata belum berangkat," katanya dengan nada kecewa.
Lama setelah tidak ada tanda-tanda berangkat, terdengar pengumuman dari awak kabin bahwa penerbangan ditunda.
"Berhubung ada alasan operasional, pramugari Garuda meminta turun, kurang lebih satu jam," ujarnya.
Semua penumpang turun dari pesawat dan kembali ke ruang tunggu.
Hal yang membuat penumpang makin kecewa adalah tidak ada penjelasan memadai dari pihak Garuda.
Semua penumpang tidak diarahkan berkumpul di titik mana, dan akan menumpang pesawat nomor berapa.
"Kami dibiarkan begitu saja di ruang tunggu. Akhirnya ada yang ke mana, ke sini, tidak teratur. Juga tidak ada kompensasi, misalnya, penumpang dibolehkan ngopi di tempat mana," keluh wanita ini.
Sekitar pukul 17.20 Wita, Irene menginformasikan ulang pesawat delay sampai pukul 19.00 Wita. Ia menyampaikan pesawat tertunda akibat pergantian kapten pilot.
"Kompensasi akan disediakan oleh Garuda. Informasi terakhir ganti kapten (pilot)," kata Irene.
Total penerbangan Garuda ini mengalami penundaan tiga jam.
"Kalau dihitung dari jadwal penerbangan semula pukul 16.05 Wita geser hingga pukul 19.00 Wita, berarti terjadi penundaan sekitar tiga jam," tuturnya.
Pesawat akhirnya terbang dari Bandara Ngurah Rai menuju Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, pukul 19.15 Wita. Tiba di Bandara Soekarno-Hata pukul 20.22 WIB.
Saat dikonfirmasi oleh Tribun Bali, Senior Manager Public Relation Garuda Indonesia, Ikhsan Rosan, membenarkan adanya penundaan pesawat GA 0439 tujuan Denpasar ke Jakarta tersebut. Ia menyebut penundaan karena kendala operasional.
Ikhsan menyatakan terjadi pergantian kapten pilot. Namun ia beralasan, pilot pengganti terlambat tiba di Bali.
“Iya itu karena adanya alasan operasional kami mengenai pergerakan crew yakni pilot untuk penerbangan tersebut. Dimana pilot pada pesawat itu terjadi pergantian, namun karena pilot pengganti tersebut terjadi keterlambatan pesawat dari Jakarta ke Denpasar sehingga penerbangan GA 0439 tersebut ditunda,” jelas Ikhsan.
Ia menyatakan pilot pengganti tersebut baru landing di Bandara Ngurah Rai pukul 18.00 Wita. Selanjutnya pukul 19.15 Wita menerbangkan pesawat GA 0439 ke Jakarta.
Pihaknya menyampaikan permintaan maaf mengenai ketidaknyamanan adanya penundaan penerbangan ini kepada semua penumpang.
"Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan karena kendala operasional seperti ini," ujarnya.
Bukan baru kali ini saja delay berjam-jam yang terjadi dengan Garuda Indonesia dalam dua bulan terakhir ini.
Pada awal Desember 2017, Garuda Indonesia melakukan penundaan bahkan sampai membatalkan 300 penerbangan dari Bandara Soekarno-Hatta ke sejumlah rute.
Akibatnya ribuan penumpang pesawat Garuda Indonesia menumpuk di Bandara Soekarno-Hatta. Kondisi tersebut terjadi hampir tiga hari.
VP Corporate Secretary PT Garuda Indonesia Hengki Heriandono saat itu mengatakan penundaan dan pembatalan penerbangan dikarenakan proses masa recovery operasional penerbangan Garuda Indonesia yang sebelumnya sempat terdampak erupsi Gunung Agung.
Namun menurut Asosiasi Pilot Garuda, seringnya penundaan yang terjadi pada penerbangan Garuda akibat sistem baru pengaturan dan pergantian jadwal kerja awak pesawat yang dinilai mengganggu operasional penerbangan.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Humas Bandara I Gusti Ngurah Rai, Arie Ahsanurrohim, mengatakan penundaan penerbangan itu adalah kebijakan internal maskapai. Karena itu, Angkasa Pura I tidak bisa berkomentar terlalu jauh terkait terjadi delay pesawat Garuda kemarin.
"Ya benar ada penundaan penerbangan. Yang jelas itu terkait operational reasons saja. Itu ranahnya airline," ujar Arie kepada Tribun Bali.
Arie menambahkan, masalah-masalah penerbangan seperti on-time performance atau rotasi crew airline, sepenuhnya merupakan tanggung jawab airline bersangkutan.
Pihak AP I hanya menyiapkan fasilitas bandara agar bisa dilakukan penerbangan. Semestinya, kata dia, airline bisa mengantisipasi segala kemungkinan karena pihaknya tidak bisa mengintervensi kebijakan operasional masing-masing airline.
"Kami berharap semua airline memastikan on-time performance-nya. Apapun alasannya baik itu crew, keterlambatan pesawat, rotasi pesawat, dan sebagainya," imbuh Arie. (*)