Gunung Agung Terkini

Gunung Agung Kembali Erupsi Pukul 22:16 Wita Malam Ini

Berdasarkan laporan PVMBG, erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi ± 3 menit 17 detik

Istimewa/BNPB
Gunung Agung mengalami erupsi strombolian dengan suara dentuman dan disertai lontaran lava dan batu pijar, Senin (2/7) malam. 

TRIBUN-BALI.COM- Gunung Agung kembali mengalami erupsi pada pukul 22:16 Wita, Rabu (4/7/2018) malam ini.

Berdasarkan laporan PVMBG yang diterima Tribun Bali, erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi ± 3 menit 17 detik.

Namun, tinggi kolom abu tidak teramati.

Baca: Citra Satelit Termal Indikasikan Hal Ini Tengah Terjadi di Kubah Lava Gunung Agung

Baca: Seorang Diri di Indekos Kosong, Tak Disangka Nyoman Mustaya alias Plentang Sedang Lakukan ini

Kepala PVMBG, Kasbani mengatakan, secara seismik, aktivitas Gunung Agung masih didominasi oleh gempa-gempa dengan konten frekuensi rendah yang mencerminkan adanya aliran fluida menuju ke permukaan yaitu berupa Gempa Low Frequency, Gempa Hembusan dan Gempa Letusan.

Kegempaan frekuensi tinggi yang mencerminkan peretakkan batuan di dalam tubuh gunungapi akibat pergerakan magma baru masih terekam.

Dominannya kegempaan dengan konten frekuensi rendah dibandingkan dengan konten frekuensi tinggi mencerminkan bahwa aliran fluida magmatik ke permukaan relatif lancar karena sistem cenderung terbuka.

Secara deformasi, pasca seri erupsi dalam satu minggu terakhir ini tubuh Gunung Agung mengalami trend deflasi seiring dengan berkurangnya tekanan fluida magmatik di dalam tubuh Gunung Agung.

Meletusnya Gunung Agung Berpotensi Selamatkan Dunia 

Meletusnya Gunung Agung itu berpotensi menyelamatkan dunia dari perubahan iklim.

Kok begitu?

Hal tersebut diucapkan pada Februari 2018 silam.

Baca: Resmi, Bali United Depak Pemain Asing Ini

Baca: Balita Selamat usai Terombang-ambing di Laut saat Karamnya KM Lestari Maju, Simak Videonya

NASA berharap bisa memanfaatkan gunung berapi yang meletus di pulau itu—ya benar, Gunung Agung—untuk mempelajari efek lebih lanjut.

Para peneliti itu berharap, dengan melacak letusan Gunung Agung, mereka bisa tahu lebih banyak tentang bagaimana bahan kimia yang dilepaskan ke atmosfer bisa digunakan untuk melawan perubahan iklim.

Setelah Gunung Agung bangun dari tidur dan kemudian meletus pada akhir November tahun lalu, secara konsisten gunung itu menuangkan uap dan gas ke atmosfer.

Fenomena ini cukup khas meskipun beberapa gunung berapi begitu kuat sehingga bisa menyebabkan apa yang dikenal dengan “musim dingin vulkanik”.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved