Bencana Tanah Longsor di Gianyar
Kronologi Lengkap Tragedi Tanah Longsor di Banjar Sasih Gianyar, Saksi: Kondisinya Sudah Parah
Soalnya suara gemuruh yang keras dan kuat membuat masing-masing warga berlari ke luar rumah sambil mengetahui apa yang terjadi.
Penulis: Busrah Ardans | Editor: Ady Sucipto
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Salah satu saksi hidup Widya Wira saat diwawancarai tribun-bali.com mengatakan beberapa waktu lalu dia pernah mendengar kalau keluarga korban ingin pindah ke rumah yang jaraknya hanya satu rumah dari rumahnya itu.
Namun belum juga terwujud, korban beserta anak-anaknya mendapatkan bencana alam tanah longsor.
Kejadian yang terjadi sekitar pukul 06.30 Wita tersebut membuat geger warga sekitar.
Soalnya suara gemuruh yang keras dan kuat membuat masing-masing warga berlari ke luar rumah sambil mengetahui apa yang terjadi.
Widya Wiratama yang rumahnya berjarak beberapa meter saja atau sekitar empat rumah dari lokasi menuturkan detik-detik kejadian tersebut menimpa keluarga tersebut.
Dia mengatakan baru saja membuka pintu gerbang rumahnya tetiba terdengar suara menggelegar dan dilihatnya rumah paling pojok sudah ambruk ke sungai.
"Sekitar pukul 06.30 Wita saya pas buka pintu gerbang, saya dengar suara reruntuhan jatuh gitu. Langsung saya lari mendekat, ternyata rumah paling pojok ini ambruk ke sungai," kata dia sembari terlihat wajahnya yang panik.
Ia melihat korban saat itu yakni kepala keluarga berteriak minta tolong juga tampak sekujur tubuh dipenuhi darah segar yang mengalir.
"Saya lihat kaki suami korban dan mendengar teriakan minta tolong, akhirnya saya ambil motor terus panggil polisi di pos batu bulan. Sampai kembali di lokasi langsung saya turun dan kami dengan polisi tolong korban," kata dia pelan.
Detik-detik menegangkan itu, ia mengaku turun ke sungai dan menolong korban. Sekitar empat polisi dan dirinya seorang yang saat itu berada di lokasi.
"Kami ke bawah, dan berusaha mengeluarkan korban yang masih hidup yaitu bapaknya. Ketika itu kondisinya sudah parah. Bagian atas leher sampai kepala luka parah. Matanya seperti terlepas. Paha kiri tertancap besi. Kemudian kita taruh di kasur. Kita ikat juga di kasur. Kemudian kasur itu kita ikat lagi ke tangga dan kita dorong dari bawah dan ada warga yang bagian atas yang sambut langsung evakuasi ke Sanglah," jelasnya merincikan.
Sebelum kejadian, neneknya selamat karena saat itu sedang taruh membanten yang posisinya berada di pintu gerbang rumah.
"Ketika dia taruh banten depan rumah dekat gerbang itu, tiba-tiba rumahnya ambruk. Dari informasi neneknya, mereka semua sudah bangun, bapaknya mau ke kantor, karena biasanya berangkat jam 7 pagi," kisahnya.
Dari keterangan Widya, sebelumnya, juga pernah bergeser tanahnya dan ini disebutnya yang kedua dan langsung ambruk.
"Sebelumnya pernah bergeser tanahnya, bergeser kemudian dibenahi. Dan rencananya bapaknya mau tinggal di rumah sini (sambil menunjuk sebuah rumah yang jaraknya hanya satu rumah dari TKP). Katanya mau di situ baru mau direhab tapi keburu kejadian di situ," terangnya kepada tribun-bali.com
