Gunung Agung Terkini
Aktivitas Vulkanik Gunung Agung Kembali Meningkat, Begini Penjelasan PVMBG
Bahkan letusan terjadi dua kali dalam rentang waktu 15 menit yakni pada pukul 16.45 Wita dan kemudian pukul 17.00 Wita.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Ady Sucipto
TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Gunung Agung kembali mengalami erupsi, Senin (21/1) sore.
Bahkan letusan terjadi dua kali dalam rentang waktu 15 menit yakni pada pukul 16.45 Wita dan kemudian pukul 17.00 Wita. Namun demikian kolom abu tidak teramati karena kabut.
Seperti dilaporkan PVMBG, erupsi pertama terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi ± 1 menit 52 detik.
Sedangkan erupsi kedua terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 23 mm dan durasi ± 1 menit 17 detik.
Baca: BREAKING NEWS! Pukul 03.42 Wita Gunung Agung Erupsi, Tinggi Kolom Abu Teramati 2000 Meter
Kepala Sub Bidang Mitigasi Pengamatan Gunung Api Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana, membenarkan terjadinya erupsi di Gunung Agung yang saat ini berstatus Siaga (Level III) ini.
“Secara visual belum teramati kolom abu atau pijar. Kami saat ini menyimpulkan erupsi berdasarkan data seismik,” ujar Devy saat dikonfirmasi, kemarin.
Menurutnya juga, tidak ada peningkatan signifikan kegempaan vulkanik.
“Saat ini, tidak perlu peningkatan kegempaan signifikan bisa terjadi erupsi karena sistem sudah terbuka. Oleh karena itu, erupsi bisa kapan saja terjadi,” terang Devy.
Ditambahkan, data saat ini menunjukkan bahwa erupsi masih berpotensi terjadi. “Namun dengan eksplosivitas yang masih rendah,” terangnya.
Baca: Sebelum Erupsi Teramati Pergerakan Magma di Tubuh Gunung Agung, Lontarkan Lava Pijar Sejauh 1 Km
Menurut Devy, erupsi terjadi karena overpressure atau kelebihan tekanan di dalam perut gunung.
Tekanan ini bisa bersumber dari material magma yang naik secara masif maupun berupa gas-gas magmatik yang naik sedikit-sedikit untuk kemudian terakumulasi di kedalaman tertentu.
“Pada kondisi di mana lapisan penutup atau atasnya gunung tidak mampu menahan tekanan ini, maka erupsi terjadi,” terangnya.
Hujan adalah salah satu faktor eksternal yang bisa mempengaruhi aktivitas gunungapi.
Air hujan jika masuk ke dalam sistem vulkanik dan berinteraksi dengan uap magma yang panas, bisa juga memicu terjadinya hembusan bahkan letusan.
Namun demikian, perlu diingat bahwa bukan hujan yang menyebabkan erupsinya, tapi memang karena ada kelebihan tekanan di dalam tubuh gunungnya sehingga terjadi erupsi.
Baca: Gunung Agung Muntahkan Lava Pijar Sejauh 1 Kilometer Dari Bibir Kawah, Vona Tetap Orange
Adapun hujan hanya menjadi faktor trigger dari luar, hanya jika gunungapinya sedang kelebihan tekanan.
“Tidak semua gunungapi langsung reaktif meletus karena hujan. Sekarang kan musim hujan, kalau memang hanya hujan yang menyebabkan erupsi, kenapa hanya Gunung Agung yang erupsi sementara gunungapi lainnya tidak,” ujar Devy.
Apakah aktivitas Gunung Agung akan meningkat saat pelaksanaan Panca Wali Krama di Pura Besakih? Adapun rangkaian karya 10 tahunan ini dimulai Selasa (22/1) hari ini, puncak karya tanggal 6 Maret 2019, dan nyineb 12 April 2019.
Menurut Devy, PVMBG tidak bisa memprediksi hal tersebut. Tergantung gunungnya sendiri.
“Kita nggak bisa memprediksi persis kelakuan suatu gunungapi ke depan, kita hanya bisa mengikuti aktivitasnya dan melakukan respon yang sesuai dengan data-data yang ditunjukannya,” terangnya. (mit)