Supermoon Malam Ini Bertepatan Dengan 3 Hari Raya Umat Hindu, Ini Makna & Peringatan BMKG

Hari ini Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menginformasikan adanya fenomena Supermoon, Selasa (19/2/2019).

Penulis: Putu Supartika | Editor: Eviera Paramita Sandi
Tribun Bali/Rizal Fanany
Sejumlah pengunjung Pantai Sanur, Denpasar sedang melihat bulan pada Senin (14/11/2016) yang bertepatan dengan fenomena supermoon. 

TRIBUN-BALI.COM – Hari ini Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menginformasikan adanya fenomena Supermoon, Selasa (19/2/2019).

Hari ini pun menjadi istimewa karena umat Hindu kususnya di Bali juga merayakan tiga hari raya sekaligus.

Ketiga hari raya itu yakni Purnama Kesanga, Kajeng Kliwon, dan Anggar Kasih Tambir.

Ini merupakan hari yang sangat istimewa untuk lebih mendekatkan diri pada-Nya.

Fenomena Supermoon Selasa (19/2/2019) malam ini akan menjadi fenomena terbesar sepanjang 2019.

Supermoon kali ini merupakan purnama Perige.

Saat purnama perige terjadi, ukuran bulan akan menjadi lebih besar 14% dari pada saat purnama apoge.

Tak hanya itu, bulan juga akan tampak lebih cerlang 30% dibandingkan ketika purnama apoge.

Purnama Perige terjadi ketika bulan berada di posisi terdekat dengan bumi.

Diinfokan BMKG, bulan akan berada dalam jarak 363 ribu km dari bumi.

Pesawat terbang dengan latar belakang bulan purnama (supermoon) yang sedang mengalami proses gerhana, Minggu (27/9/2015), di Jenewa, Swiss.(AP PHOTO / JEFF KNOX)
Pesawat terbang dengan latar belakang bulan purnama (supermoon) yang sedang mengalami proses gerhana, Minggu (27/9/2015), di Jenewa, Swiss.(AP PHOTO / JEFF KNOX) (Kompas.com)

Untuk itu, malam ini bulan akan terlihat lebih cerah dan lebih besar.

Bulan akan mulai masuk ke titik perigee (titik terdekat bumi) pada pukul 16.20 WIB.

Sementara itu, puncak bulan purnama akan terjadi sekitar pukul 22.53 WIB.

Namun, di samping menikmati keindahan Supermoon yang akan terjadi malam ini, BMKG juga mengeluarkan imbauan.

Masyarakat yang tinggal di sekitar pesisir pantai diimbau untuk waspada akan adanya pasang air laut maksimum.

Adanya fenomena Super Snow Moon ini, akan mempengaruhi pola pasang maksimum air laut di Indonesia.

Utamanya, berikut wilayah yang diimbau untuk waspada.

- Pesisir Utara Jakarta

- Pesisir Utara Jawa Barat

- Pesisir Utara Jawa Tengah

- Pesisir Utara Jawa Timur

- Pesisir Kalimantan Barat

Hal ini dapat berdampak pada terganggunya transportasi di sekitar pelabuhan dan pesisir, aktifitas petani garam dan perikanan darat, serta kegiatan bongkar muat di Pelabuhan.

Masyarakat diIimbau untuk selalu waspada dan siaga untuk mengantisipasi dampak dari fenomena tersebut serta memperhatikan update informasi cuaca maritim dari BMKG melalui :

Call center 021-6546315/18

http://maritim.bmkg.go.id

Follow twitter dan Instagram @BMKGmaritim atau dapat langsung menghubungi kantor BMKG terdekat

Makna dan yang Mesti Dilakukan oleh umat Hindu

Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti dijejali warga saat hari Purnama, Tilem, Kajangkliwon dan Banyupinaruh.
Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti dijejali warga saat hari Purnama, Tilem, Kajengkliwon dan Banyupinaruh. (Tribun Bali)

Hari Raya Purnama ini diperingati sebulann sekali yaitu saat bulan penuh atau sukla paksa. 

Dalam lontar Sundarigama dikatakan bahwa Purnama merupakan payogan Sang Hyang Candra. 

Terkait purnama ini disebutkan:

Mwah hana pareresiknira sang hyang rwa bhineda, makadi sang hyang surya candra, yatika nengken purnama mwang tilem, ring purnama sang hyang ulan mayoga, yan ring tilem sang hyang surya mayoga. 

Artinya:

Ada lagi hari penyucian diri bagi Dewa Matahari dan Dewa Bulan yang juga disebut Sang Hyang Rwa Bhineda, yaitu saat tilem dan purnama.

Saat purnama adalah payogan Sang Hyang Wulan (Candra), sedangkan saat tilem Sang Hyang Surya yang beryoga.

Lebih lanjut dalam lontar Sundarigama disebutkan:

Samana ika sang purohita, tkeng janma pada sakawanganya, wnang mahening ajnana, aturakna wangi-wangi, canang nyasa maring sarwa dewa, pamalakunya, ring sanggat parhyangan, laju matirta gocara, puspa wangi. 

Purnama juga merupakan hari penyucian diri lahir batin.

Oleh karena itu semua orang wajib melakukan penyucian diri secara lahir batin dengan mempersembahkan sesajen berupa canang wangi-wangi, canang yasa kepada para dewa, dan pemujaan dilakukan di Sanggah dan Parahyangan, yang kemudian dilanjutkan dengan memohon air suci.

Selain itu Purnama juga merupakan hari baik untuk melakukan dana punia.

Mengenai sedekah, disebutkan dalam Sarasamuscaya, 170 berbunyi:

Amatsaryam budrih prahurdanam dharma ca samyamam,

wasthitena nityam hi tyage tyasadyate subham.

Nihan tang dana ling sang Pandita, ikang si haywa kimburu,

Ikang si jenek ri kagawayaning dharmasadhana,

apan yan langgeng ika, nitya katemwaning hayu,

pada lawan phalaning tyagadana.

Artinya:

Yang disebut dana (sedekah) kata sang pandita, ialah sifat tidak dengki (iri hati), dan yang tahan berbuat kebajikan (dharma) sebab jika terus menerus begitu, senantiasa keselamatan akan diperolehnya, sama pahalanya dengan amal yang berlimpah-limpah.

Dalam petikan Bhagawad Gita, XVII. 25 juga disebutkan:

Tat ity anabhisanshaya

Phalam yajna-tapah-kriyah,

Dana-kriyas ca vividhah

Kriyante moksa-kansibhih

Yang artinya: dengan ucapak “Tat” dan tanpa mengharap-harap pahala atas penyelenggaraan ucapan yajna, tapabrata dan juga dana punia yang berbagai macam jenisnya, dilaksanakan oleh mereka yang mengharapkan moksa. 

Selain itu, limabelas hari sekali, Umat Hindu Bali merayakan hari raya Kajeng Kliwon

Kajeng Kliwon merupakan hari raya yang jatuh berdasarkan pertemuan antara Tri Wara terakhir yakni Kajeng dengan Pancawara terakhir yakni Kliwon.

Terkait Pancawara Kliwon, dalam Lontar Sundarigama disebutkan :

Nihan taya amanah, kunang ring panca terane, semadi Bhatara Siwa, sayogia wong anadaha tirtha gocara, ngaturaken wangi ring sanggar, muang luwuring paturon maneher menganing akna cita.

Wehana sasuguh ring natar umah, sanggar, ring dengen, dening sega kepel duang kepel dadi atanding, wehakna ada telung tanding, iwaknia bawang jae.

Kang sinambat ring natar, Sang Kala Bucari.

Ring sanggar Bhuta Bucari.

Ne ring dengen, Sang Durga Bucari

Ika pada wehana labaan, nangken kaliyon, kinon rumaksa umah, nimitania. Pada anemu sadia rahayu. Kunang yan kala biyantara keliyon, pakerti tunggal kayeng lagi.

Ini berarti saat Pancawara Kliwon, merupakan payogan atau beryoganya Bhatara Siwa.

Pada saat ini sepatutnya melakukan pensucian dengan mempersembahkan wangi-wangian bertempat di merajan, dan diatas tempat tidur.

Sedangkan di halaman rumah, halaman merajan dan pintu keluar masuk pekarangan rumah, patut juga mempersembahkan segehan kepel dua kepel menjadi satu tanding, dan setiap tempat tersebut, disuguhkan tiga tanding yaitu: 

Di halaman merajan, kepada Sang Bhuta Bhucari.

Di pintu keluar masuk, kepada Sang Durgha Bhucari.

Dan untuk di halaman rumah, kepada Sang Kala Bhucari.

Maksud persembahan berupa labaan setiap Kliwon ini untuk menjaga agar pekarangan serta keluarga semuanya mendapat perlindungan dan menjadi sempurna.

Sementara untuk Kajeng Kliwon juga disebutkan, 

Kadi ring keliyon nemu atutan kewala tambehane sega warna limang warna, dadi awadah, ring dengen juga genahing caru ika, ika sanding lawang ring luur, aturane canang lenga wangi burat wangi, canang gantal, astawakna ring Durga Dewem, ne ring sor, ring Durga Bucari, Kala Bucari buta Bucari, palania ayu paripurna sira aumah, yania tan asiti mangkana I Buta Bucari, aminta nugeraha ring Bhatari Durga Dewem, mangerubadin sang maumah, angadakakan desti, aneluh anaranjana, mangawe gering sasab merana, apasang pengalah, pamunah ring sang maumah, muang sarwa Dewa kabeh, wineh kinia katadah da waduanira Sang Hyang Kala, nguniweh sewaduanire Dewi Durga, tuhunia mangkana, ayua sira alpa ring wuwus manai.

Sementara itu pada hari raya Kajeng Kliwon, untuk upakaranya sama seperti  pada hari Kliwon, hanya tambahannnya yaitu segehan lima warna lima tanding. 

Pada samping kori sebelah atasnya dipersembahkan canang wangi-wangi, burat wangi, canang yasa, dan yang dipuja ialah Hyang Durga Dewi.

Yang disuguhkan di bawahnya untuk Sang Durga Bhucari, Kala Bhucari, Bhuta Bhucari, dengan tujuan agar berkenan memberikan keselamatan kepada penghuni rumah. 

Jika tidak melakukan hal itu, maka Sang Kala Tiga Bhucari akan memohon penugrahan kepada Bhatara Durga Dewi, untuk mengganggu penghuni rumah, dengan jalan mengadakan gering atau penyakit dan mengundang kekuatan black magic, segala merana, mengadakan pemalsuan, yang merajalela di rumah, yang mana mengakibatkan perginya para Dewata semuanya, dan akan memberi kesempatan para penghuni rumah disantap oleh Sang Hyang Kala bersama-sama dengan abdi Bhatara Durgha. 

Dalam buku Pokok-pokok Wariga karya I. B. Suparta Ardhana disebutkan ada jenis Kajeng Kliwon Uwudan dan Kajeng Kliwon Enyitan.

Kajeng Kliwon Uwudan merupakan hari baik untuk menghidupkan ilmu hitam atau pengiwa.

Dan untuk Kajeng Kliwon Enyitan merupakan hari baik untuk membuat sasikepan (jimat) atau sesuatu yang berkekuatan gaib.

Kajeng Kliwon Uwudan ini adalah Kajeng Kliwon yang diperingati setelah Purnama, sedangkan Kajeng Kliwon Enyitan dilaksanakan setelah Tilem.

Selain itu adapula Kajeng Kliwon Pamelastali atau Kajeng Kliwon yang dilaksanakan saat hari Minggu wuku Watugunung. 

Sedangkan Anggara (Selasa) Kliwon Tambir merupakan hari raya Hindu yang jatuh setiap enam bulan sekali atau yang biasa disebut Anggara Kasih Tambir.

Anggar Kasih Tambir merupakan hari raya atau rerahinan yang jatuh berdasarkan pertemuan antara Saptawara yaitu Anggara, Pancawara yaitu Kliwon, dan wuku Tambir.

Terkait Anggar Kasih, dalam Lontar Sundarigama disebutkan:

Nahanta waneh, rengen denta, Anggara Keliyon ngarania Anggara Kasih, pekenania pengasianing raga sarira. Sadekala samana yogia wang amugpug angelakat sealaning sarira, wigenaning awak, dena ayoga wang apan ika yoganira, Betara Ludra, merelina alaning jagat teraya, pakertinia aturakna wangi-wangi, puspa wangi, asep astanggi muang tirta gocara.

Artinya:

Yang lain lagi yang perlu diperhatikan, ketika Anggara bertemu Kliwon disebut sebagai Anggara Kasih.

Anggara Kasih merupakan hari untuk mewujudkan cinta kasih terhadap dirinya. 

Sehingga pada hari itu sepatutnya melakukan peleburan bencana, dan merawat dari diri segala kecemaran

Kecemaran ini utamanya kecemaran pikiran yang melekat pada diri. 

Caranya yaitu dengan jalan melakukan renungan suci. 

Karena dalam keadaan yang demikian, Sang Hyang Ludra melakukan yoga, yang bertujuan memusnahkan kecemaran dunia. 

Adapun sarana upakara yang dipersembahkan yaitu wangi-wangi, dupa astangi, dan dilanjutkan dengan matirtha pembersihan.

Sehingga pada hari yang baik ini hendaknya umat Hindu melakukan persembahyangan, dan melakukan yoga samadhi. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved