Tingkatkan Kemampuan Personel Jelang Pemilu 2019, Polres Tabanan Gelar Simulasi Sispam Kota

Kegiatan simulasi ini tak lain bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dari personel dalam menghadapi ancaman yang mungkin terjadi saat Pemilu

Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/I Made Prasetia Aryawan
Polres Tabanan saat menggelar simulasi Sistem Pengamanan (Sispam) Kota di Lapangan Alit Saputra, Tabanan, Kamis (14/3/2019). 

TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Selama 30 menit, adegan kerusuhan terjadi di Lapangan Alit Saputra Tabanan, Kamis (14/3/2019) sore.

Ratusan polisi tampak membubarkan massa yang membuat kericuhan.

Kerusuhan tersebut merupakan serangkaian kegiatan simulasi Sispam Kota yang digelar Polres Tabanan.

Adegan demi adegan pun dilakukan dengan baik oleh para pemeran mulai dari polisi, masyarakat dan petugas TPS.

Kegiatan simulasi ini tak lain bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dari personel dalam menghadapi ancaman yang mungkin akan terjadi saat pesta demokrasi.

Baca: Kemenlu Indonesia Sebut Ada 6 WNI di Dalam Masjid Saat Terjadi Insiden Penembakan di Selandia Baru

Baca: Kenali Cirinya, Hanya Terima Panggilan Telepon Uang Ratusan Juta di Rekening Wanita Ini Lenyap

Menurut pantauan, peristiwa kericuhan tersebut dimulai dari sebuah keributan kecil yang terjadi di TPS.

Saat itu ada warga yang tak terima dengan hasil pemilu.

Kemudian, usai proses pemungutan suara sejumlah warga yang tak terima tersebut membuntuti petugas TPS saat akan membawa kotak suara menuju PPK.

Tak disangka, dalam perjalanan sejumlah warga yang berperan menjadi provokator tersebut merampas surat suara yang dibawa petugas.

Mendengar informasi tersebut, personel polisi langsung mengepung para pelaku perampasan kotak suara, dan dalam penangkapan setidaknya terjadi ketegangan hingga akhirnya para pelaku berhasil diamankan polisi.

Baca: Jelang Pemilu, Polres Badung Gelar Simulasi Sispamkota,Yudith: Personel Harus Mahir, Tidak Ragu-Ragu

Baca: 1.300 Anggota ISIS Keluar dari Goa dan Terowongan, Menyerah pada Pasukan SDF

Selanjutnya, ratusan warga justru menuntut agar para pelaku perampasan suara dibebaskan karena dianggap membatasi kebebasan demokrasi.

“Bebaskan teman kami, ini melanggar kebebasan demokrasi,” begitu kalimat yang dilontarkan salah satu warga.

Polisi pun tetap menahan para pelaku, hingga akhirnya ratusan warga ini merangsek polisi dan terjadi kericuhan.

Namun semakin lama kericuhan semakin menjadi-jadi.

Ratusan warga justru menyerbu puluhan polisi yang melakukan pertahanan.

Baca: Tak Lagi Jadi Misteri, Ini Jawaban Saat Manusia Menguap Bisa Menular Pada yang Lain

Baca: Akibat Transformasi Digital, Kini Lulusan Universitas Harus Kantongi Sertifikasi Profesi

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved