Buda Prayuda dan Prastika Dewi Terpilih Sebagai Duta Bahasa Provinsi Bali 2019
Kepala Balai Bahasa Bali Toha Machsum mengatakan bahwa bangsa Indonesia kini sedang dijangkiti penyakit bangga terhadap Bahasa Inggris
Penulis: Putu Supartika | Editor: Irma Budiarti
Buda Prayuda dan Prastika Dewi Terpilih Sebagai Duta Bahasa Provinsi Bali Tahun 2019, Toha: Bangsa Indonesia Sedang Dijangkiti Penyakit Bangga dengan yang Berbau Bahasa Inggris
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pada Sabtu (25/5/2019) malam bertempat di Hongkong Garden, Jalan Baypass Ngurah Rai, Denpasar dilaksanakan malam final Pemilihan Duta Bahasa Bali Tahun 2019.
Acara ini dilaksanakan oleh Peguyuban Duta Bahasa Provinsi Bali yang berada dibawah naungan Balai Bahasa Bali.
Dari penilaian yang dilakukan oleh dewan juri, ditetapkan I Dewa Kadek Buda Prayuda dan Ni Putu Indah Prastika Dewi sebagai Duta Bahasa Provinsi Bali tahun 2019.
Sementara Wakil I Duta Bahasa Provinsi Bali Tahun 2019 yakni I Made Anditiyawan dan Ni Putu Nana Satrya Pertiwi.
Wakil II Duta Bahasa Provinsi Bali Tahun 2019 yakni I Gede Sumitra Jaya dan Ni Wayan Kartika Simastuti.
Wakil III Duta Bahasa Provinsi Bali 2019 yakni Ananda Prasetio bersama Ni Made Bella Andini Pratiwi.
Baca: Start Buruk Arema FC, Sylvano Comvalius Ungkap Kenangan Manis di Bali United, Jangan Panik
Baca: Kutukan Final Bagi Lionel Messi Terulang di Copa del Rey 2019, Barcelona Tumbang
Wakil IV Duta Bahasa Provinsi Bali 2019 Kadek Darmawan dan Ni Putu Diah Pradnya Paramitha, serta Wakil V Duta Bahasa Provinsi Bali 2019 diterima oleh I Made Rai Tedy Setiawan dan I Gusti Ayu Sundari Okasunu.
Dalam kesempatan tersebut, Kepala Balai Bahasa Bali Toha Machsum mengatakan bahwa bangsa Indonesia kini sedang dijangkiti penyakit bangga terhadap hal-hal yang berbau Bahasa Inggris.
Pernyataannya ini merujuk pada salah satu budayawan Prancis yang telah lama tinggal di Indonesia.
“Beda dengan di luar, budayawan Prancis Prancis tersebut mengatakan, di Prancis dalam penggunaan bahasa negaranya sangat konservatif, semua kegiatan di sana menggunakan bahasa Prancis,” katanya.
Ia mengatakan kondisi ini sangat berbeda dengan di ruang publik Indonesia yang dimulai dari nama lembaga, bangunan, pertokoan, pusat-pusat perdagangan, sampai tempat wisata dipenuhi tulisan asing.
“Seharusnya bahasa Indonesia sebagai bahasa negara harus diutamakan. Di sini bukan berarti kita anti asing. Tidak. Kita sudah menyatakan kita harus mengutamakan bahasa Indonesia, melestarikan bahasa daerah dan menguasai bahasa asing. Bahasa Indonesia harus diutamakan, tapi yang terjadi di ruang publik situasi kebahasaan masih memperihatinkan," katanya.
Baca: Banyuwangi Kembali Gelar Mudik Gratis, Siapkan 4 Rute dengan 24 Armada Bus, 2 KA & 1 Kapal Laut
Baca: Prioritaskan Kebutuhan Bukan Keinginan! Ikuti Tips Mengelola THR Ini Agar Tak Habis Sia-sia
Bahkan ia merasa sangat prihatin dengan penulisan aksara Bali yang diutamakan di Bali.