Pertumbuhan Kredit di Bali Lebih Rendah Dibandingkan Nusra
Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 8 Bali Nusa Tenggara, mencatat pertumbuhan aset, kredit, dan Dana Pihak Ketiga (DPK)
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Irma Budiarti
Pertumbuhan Kredit di Bali Lebih Rendah Dibandingkan Nusra
Laporan Wartawan Tribun Bali, A A Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 8 Bali Nusa Tenggara, mencatat pertumbuhan aset, kredit, dan Dana Pihak Ketiga (DPK) baik bank umum maupun BPR di KR 8 Bali dan Nusa Tenggara mengalami pertumbuhan.
Secara year on year (yoy), bulan April 2019 berturut-turut sebesar 11,10%, 7,09%, dan 9,74%.
Rasio LDR tetap terjaga sebesar 81,80% di Provinsi Bali, 128,11% di Provinsi NTB, dan 111,84% di Provinsi NTT.
Persentase NPL di KR 8 Bali dan Nusa Tenggara sebesar 3,05%.
Baca: Create History! Paulo Sergio Bertekad Bawa Bali United Juara Liga
Baca: 6 Fakta Pernikahan Pasangan Lansia di Gunung Kidul, Mbah Kirman Buktikan Cinta Tak Kenal Usia
Rochman Pamungkas, Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan OJK Regional 8 Bali-Nusa Tenggara, menyebutkan pertumbuhan kredit di Bali jauh lebih rendah dibandingkan Nusra.
"Secara keseluruhan kredit di Bali dan Nusra mencapai Rp 158,64 triliun. Tumbuh 7,09 persen (yoy)," sebutnya.
Hanya saja, pertumbuhan kredit di Bali 4,91 persen (yoy) jauh dibandingkan NTB sebesar 7,95 persen, dan NTT sebesar 12,67 persen.
Baca: Diminta Ucapkan Selamat Kepada Jokowi-Maruf, Sandiaga Uno : Itu Kan Kayak Budaya Barat Ya
Baca: Makanan yang Harus Dihindari Penderita Autoimun, dari Roti hingga Mi Instan
"Pertumbuhan kredit di Bali paling rendah, karena berkaitan dengan NPL. Track record NPL secara umum dari 2012 itu dibawah 1 persen. Kemudian belakangan ini merangkak naik mencapai 3 persen, ini menjadi hal yang perlu diperhatikan," katanya.
Sehingga kinerja kembali membaik dan NPL menurun seperti sebelumnya.
"Akibat dari itu membuat banyak yang memutuskan lebih selektif di dalam penyaluran kredit dan fokus dalam upaya penyelesaian kredit bermasalah atau macet. Karena situasi belum kondusif sehingga penyelesaian agak lama karena kan penjualan agunan," katanya. (*)