Ngopi Santai
Membaca Keengganan Gubernur Koster
WACANA yang mulai menggelinding hari-hari ini adalah berdamai dengan Covid-19. Beradaptasi dengan karakter si virus yang belum ada vaksin dan obatnya.
Penulis: DionDBPutra | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM - Wacana yang mulai menggelinding hari-hari ini adalah berdamai dengan Covid-19.
Beradaptasi dengan karakter si virus yang belum ada vaksin dan obatnya.
Lain kata, mari merajut hidup normal baru.
New normal, bisik anak milenial.
• Upaya Kurangi Angka Fatalitas, PT. Jasa Raharja Bali Beri Mobil Ambulans ke Ditlantas Polda Bali
• Dalam Sehari BPBD Kota Denpasar Tangani 3 Korban Kecelakaan
• Donald Trump Sebut WHO Sebagai Boneka China
Meski tak terkatakan secara tandas, dorongan itu berembus.
Lumayan kuat menerpa wajah Pulau Dewata yang banyak mendapat sanjungan dalam hal menangani pandemi Covid-19.
Sebut misalnya partisipasi desa adat yang luar biasa sebagai garda terdepan memberi edukasi dan rasa aman kepada masyarakat.
Bali pun terbaik secara nasional dalam hal tingkat kesembuhan pasien Covid-19 sampai pekan ketiga Mei 2020 ini.
Kalau begitu, mengapa Bali tidak segera memulai hidup normal baru?
Menarik nian sikap Gubernur Bali, I Wayan Koster.
Beliau enggan. Tak mau buru-buru.
Menurut Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Bali Dewa Made Indra, Gubernur Koster menunda penerapan kehidupan normal di ini provinsi karena masih adanya transmisi lokal yang jumlahnya kian gemuk.
"Tentu ini (kasus transmisi lokal) tidak bisa kita abaikan," kata Dewa Made Indra saat konferensi pers secara virtual di Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Provinsi Bali, Senin (18/5/2020) petang.
Menurut Dewa Indra, gubernur akan membuka kehidupan normal di Bali jika grafik kasus positif Covid-19 mulai melandai atau menurun.
Merajut kehidupan normal baru di Bali pun tidak serta merta seratus persen. Harus bertahap.