Ngopi Santai
Membaca Keengganan Gubernur Koster
WACANA yang mulai menggelinding hari-hari ini adalah berdamai dengan Covid-19. Beradaptasi dengan karakter si virus yang belum ada vaksin dan obatnya.
Penulis: DionDBPutra | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Gelombang serangannya pada episode kedua jauh lebih trengginas. Banyak orang terhenyak.
Saya sebut beberapa sebagai misal.
Saat belahan lain Eropa dan dunia kurvanya melandai, Rusia berselimut salju justru melesat ke angkasa.
Laksana astronot terbang menuju bintang gemintang.
Sejak 12 Mei 2020 jumlah kasus di Rusia merupakan yang terbanyak kedua di dunia setelah Amerika Serikat.
Fenomena Rusia itu unik.
Setelah sempat dipuji sebagai negara teraman di dunia karena tanpa kasus Corona, dalam sekejap justru masuk
klasemen tertatas.
Ketika sejumlah negara melonggarkan karantina wilayah atau lockdown, Rusia malah tunggang-langgang.
Itulah sebabnya Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan Rusia agar tidak main-main lagi.
Mereka yang terinfeksi di negeri Beruang Merah tersebut bukan cuma wong cilik.
Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin mengumumkan ia terinfeksi virus Corona pada 30 April.
Direktur Kedaruratan WHO, Michael Ryan dalam sebuah briefing virtual melukiskan Rusia mengalami epidemi tertunda dan harus belajar dari negara lain.
Ya harus belajar memang.
Maklumlah kabar dari baru dari Singapura dan Korea Selatan pun mencengangkan.
Kedua negara itu sempat dipuji WHO sebagai negara yang berhasil mengendalikan Covid-19.
Eh sejak pekan pertama bulan Mei 2020 ini mengalami anomali setelah muncul serangan gelombang kedua Covid-19.
Pekan lalu terbetik kabar setidaknya 85 orang tertular virus corona di sebuah klub malam di Kota Seoul.
Pemerintah setempat memerintahkan penutupan tempat hiburan malam sampai batas waktu yang belum ditentukan.
Menurut Kementerian Kesehatan Korea Selatan, sebanyak 35 kasus baru terdeteksi di negara itu pada Minggu 10 Mei.
Dari kasus baru itu, 29 kasus terkait dengan klub malam di Itaewon, distrik kehidupan malam yang populer di Seoul.
Pemerintah Kota Seoul mengumpulkan nama 5.517 orang yang mengunjungi klub malam antara 24 April dan 6 Mei 2020.
Muncul Lagi di Wuhan
Tribunnews.com melaporkan, setelah sebulan tanpa kasus infeksi baru, China kembali mengumumkan terdapat kasus virus corona yang berlokasi di Wuhan pada 10 Mei 2020.
Pihak berwenang menyebut lima kasus baru.
Pemerintah China sudah membuka kembali sekolah, transportasi antarkota, pusat perbelanjaan, tempat hiburan dan sebagainya.
Ternyata China belum benar-benar aman.
Tanggal 13 Mei 2020, klaster baru virus corona ditemukan di timur laut China, tepatnya di Provinsi Jilin.
Sebanyak 1.205 desa harus karantina wilayah (lockdown).
The Independent seperti dikutip Kompas.Com, Minggu (17/5/2020) mewartakan, dalam upaya mencegah penyebaran virus, sebagian besar transportasi ke 1.205 desa dan daerah sekitarnya telah ditangguhkan.
Awalnya kasus baru virus corona di Jilin hanya secuil, yang dikaitkan dengan kembalinya warga China dari perbatasan Rusia.
Kasus-kasus baru ini sebagian besar berpusat di Kota Shulan yang langsung menerapkan lockdown di kota berpenduduk 600.000 jiwa itu akhir pekan lalu.
Kabar dari Prancis juga menarik.
Muncul 70 kasus infeksi baru setelah seminggu sekolah di negeri asal Zinedine Zidane itu kembali melaksanakan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.
Minggu lalu sejumlah sekolah dasar (SD) dan SMP telah dibuka.
Sebenarnya, pembukaan sekolah melegakan para orang tua.
Lantaran mereka merasa berat mengawal homeschooling sementara mereka disibukkan dengan pekerjaan.
Alih-alih menambah sekolah yang akan dibuka, Menteri Pendidikan Prancis Jean-Michel Blanquer menegaskan pembukaan kembali sekolah telah membahayakan anak-anak.
Dia pun memerintahkan sekolah ditutup lagi selekasnya.
Menuju hidup normal baru sungguh tak mudah. Tak boleh takabur.
Dibutuhkan disiplin tinggi menerapkan protokol kesehatan Covid-19.
Hari-hari ini kita saksikan sejumlah pasar di persada Nusantara padat merayap, pusat perbelanjaan ramai pengunjung yang beli baju baru dan aneka kebutuhan lainnya.
Terminal bandara hiruk-pikuk.
Penumpang berdesak-desakkan saat antre untuk check-in atau ambil bagasi.
Stasiun kereta api dan terminal bus tak kalah sibuk.
Bus-bus travel mengangkut rombongan mudik.
Ada juga yang lolos dari awasan aparat keamanan.
Pun oknum tertentu menjual surat keterangan sehat alias bebas Covid-19 palsu.
Berharap tidak terjadi serangan gelombang kedua di negeri ini yang jauh lebih dahsyat korbannya!
Berdamai dengan si virus sungguh tak mudah tuan dan puan.
Demikian pula merajut hidup normal baru.
Ini bukan sekadar angka statistik mati yang saban hari disampaikan Satgas Gugus Tugas Covid-19.
Ini tentang membangun budaya hidup.
Disiplin pakai masker, rajin cuci tangan di air mengalir, pakai hand sanitizer, jaga jarak fisik aman, olahraga, makan makanan bergizi.
Meminjam kampanye klasik pemerintah negara ini, disiplin menjalani perilaku hidup bersih dan sehat.
Disiplin itu kata sederhana tapi implementasinya tidak benar-benar sederhana.
Saya sendiri pun sulit mewujudkannya.
Bagaimana dengan tuan dan puan?
(dion db putra)