Ngopi Santai
Membaca Keengganan Gubernur Koster
WACANA yang mulai menggelinding hari-hari ini adalah berdamai dengan Covid-19. Beradaptasi dengan karakter si virus yang belum ada vaksin dan obatnya.
Penulis: DionDBPutra | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Wikipedia menulis, pandemi terparah dalam sejarah adalah Flu Spanyol pada tahun 1918.
Flu ini berlangsung selama dua tahun dalam tiga gelombang serangan.
Para peneliti dan sejarawan meyakini sepertiga penduduk dunia, yang saat itu berjumlah sekitar 1,8 miliar orang, terkena penyakit tersebut.
Tercatat 500 juta orang terinfeksi dan lebih dari 50 juta orang meninggal dunia.
Menariknya itu di sini. Angka kematian tertambun terjadi pada gelombang serangan kedua ketika masyarakat buru-buru menikmati hidup normal baru.
Mereka merasa tidak nyaman dengan karantina, menjaga jarak sosial dan jarak fisik.
Tatkala pemerintah mengizinkan mereka keluar rumah lagi, semua orang bersukaria.
Berbondong-bondong ke pasar, kafe.
Memenuhi jalan-jalan kota.
Hasilnya nyata. Beberapa pekan kemudian serangan flu Spanyol gelombang kedua merebak, merenggut nyawa puluhan juta orang.
Hampir empat kali lipat dari serangan pertama.
Pandemi flu Spanyol baru benar-benar pulih penghujung 1920 setelah warga Bumi disiplin beradaptasi dengan karakter si virus dan menjalani hidup normal baru secara bertahap.
Karakter Covid-19 sesungguhnya telah memberi sinyal kuat agar manusia tidak buru-buru menjalani hidup normal baru.
Butuh uji coba serta persiapan yang memadai agar tidak menambah korban.
Si virus cilik telah memperlihatkan fenomena itu.