Pesta Kesenian Bali

Jakun Tak Bisa 'Menipu', Tari Legong Ini Ternyata Ditarikan 6 Orang Pria

Dari agem, cengket, lentik jemari dan gerak tubuh mereka, tidak terdapat perbedaan mencolok dengan penari perempuan.

Tribun Bali/AA Putu Santiasa
Pementasan Kesenian Legong Klasik oleh Sanggar Seni Klasik Ardhanareswari di Kalangan Ratna Kanda Art Center, Denpasar, Jumat (19/6/2015). Para penari legong ini adalah para lelaki yang berdandan ala wanita. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Di ruang berhias panggung bawah  Ardha Candra, Denpasar, Bali, sejumlah laki-laki kemayu sedang berhias. Mereka tergabung dalam sanggar seni klasik Ardhanareswari yang akan mempersembahkan pementasan Kesenian Legong Muani Klasik Ardhanareswari.

Mereka diiringi sekaa gong Semara Pagulingan Punia Bhakti, di Kalangan Ratna Kanda, dalam Pesta Kesenian Bali, Jumat (19/6/2015).

Ada yang sedang memakai baju, mengenakan kamen, bahkan ada pula yang menghias wajahnya sendiri hanya menggunakan cermin kecil.

Ruangan menjadi riuh oleh kehadiran mereka.

Sementara di luar, sejumlah pengunjung tampak penasaran ingin melihat ke dalam ruangan dari pintu masuk.

"Nak muani ane kel ngigel legong mekejang ne (lelaki semua yang akan menari legong)," ujar Gusti Ngurah Purnama salah seorang yang melihat dari depan pintu.

Ada sejumlah tari Legong Klasik yang akan dipentaskan yakni, Legong Bapang Dhurga, Legong Legod Bawa, Legong Goak Macok, dan Legong Keraton Semarandana.

Pembina tarinya adalah Ni Ketut Arini dan AA Susilawati.

Saat 6 orang penari Legong Bapang Durga keluar dari langse serempak para penoton bertepuk tangan dengan semangat bahkan ada yang bersiul dan bersorak.

Dari agem, cengket, lentik jemari dan gerak tubuh mereka, tidak terdapat perbedaan mencolok dengan penari perempuan.

Hanya saja rambut  mereka yang pendek, rahang yang tegas serta tonjolan jakun tampak pada leher, mudah untuk mengenali mereka adalah laki-laki.

Gusti Made Agus Wira Aditama selaku manajer sekaligus sekretaris sanggar Ardhanareswari menjelaskan seluruh tarian ini menggunakan pakem-pakem tradisi klasik.

Itu mengharuskan para pemainnya menaati hal seluruh aturan tersebut jika sedang menari.

Ia menceritakan sejarah legong lebih jauh pada abad ke-16 tari legong ditarikan oleh laki-laki, terkait agem gerak yang berat serta waktu menari yang cukup lama yakni kira-kira 30 menit.

Legong saat itu merupakan tari-tarian yang dipersembahkan untuk raja karena belum berkembangnya tari kreasi.

“Bahkan pada saat itu penari arja, gambuh dan gandrung penarinya semua  laki-laki,” jelasnya.

Tapi seiring berkembangnya zaman masuklah wanita untuk menarikan legong, hingga peran lelaki tergeser perlahan.

Saat ini hanya sedikit lelaki yang menarikan legong, lebih banyak tergantikan oleh tarian kreasi yang jarang menggunakan pakem serta durasi yang tidak terlalu lama.

Hingga saat ini masyarakat awam lumrah melihat penari legong perempuan.

Pakaian para penari legong terbilang cukup rumit dan lengkap, karena harus memakai sesimpingan, hiasan di pinggangnya dan kelengkapan lainnya.

Ia menjelaskan nama Ardhanareswari dalam teologi Agama Hindu , Ardha berarti setengah, Nara berarti manusia laki-laki dan iswari artinya manusia wanita. Ini menjadi simbol Tuhan dalam manifestasinya sebagai setengah purusa dan pradana.

Purusa disimbolkan sebagai Siwa dan Pradana disimbolkan sebagai Dewi Uma.

“Jadi namanya bukan kebarat-baratan seperti cross gender, ya ardhanareswari itulah konsep kita di sanggar, konsep setengah laki-laki dan wanita,”jelasnya.

Lelaki yang mengenakan baju putih ini menjelaskan awalnya masyarakat memang berpandangan miring terkait kemampuan kelompok ini dalam membawakan tari Bali.

Tapi setelah mereka pentas penonton biasanya berdecak kagum melihat kelihaian para  laki-laki kemayu tersebut menari.

“Setelah di pentas kagumlah mereka, bahkan ada pandangan penari kita lebih luwes dan total dari penari perempuan. Kami menari memang total dari ekspresi dan gerak,” pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved