Desa Tegal Badeng Barat Jadi Sentra Bata Merah Bali Barat
Dengan dibantu istrinya saja, Agus Putra mampu memproduksi 15.000 sampai 40.000 buah batu bata merah per bulan.
Penulis: I Gede Jaka Santhosa | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Banjar Tengah, Desa Tegal Badeng Barat, Kecamatan Negara, Jembrana, Bali menjadi sentra batu bata merah.
Bahkan tidak hanya di Banjar Tengah ini, namun tenda-tenda kecil yang berisikan cetakan batu bata merah mentah lengkap dengan tugu-tugu pembakaran hampir terdapat di setiap rumah milik warganya di banjar-banjar di Desa Tegal Badeng Barat.
Desa Tegal Badeng Barat merupakan satu di antara desa di Kabupaten Jembrana dengan kondisi tanah cukup kering.
Di desa ini jarang dijumpai tanaman pangan seperti padi.
Hanya pohon kelapa serta jati yang tampak tumbuh.
Kondisi tanah kering dan mengandung tanah liat kemudian dimanfaatkan membuka usaha percetakan batu bata merah.
Kepala Desa Tegal Badeng Barat, I Made Sudiana ketika ditemui Tribun Bali, Selasa (8/9/2015) mengatakan, dari total 5.659 warganya yang tersebar di tiga banjar dinas yaitu Banjar Anyar, Tengah, dan Puana hampir 50 persen menggantungkan hidupnya dari sektor batu bata merah.
Baik selaku produsen maupun buruh percetakannya.
Batu bata merah buatan warganya sama baiknya dengan batu bata merah yang dibuat di Jawa.
"Mayoritas warga kami bekerja di sektor batu bata merah ini. Sisanya lagi jadi nelayan dan ibu-ibunya ada sebagian yang bekerja di pabrik pengalengan ikan," kata Sudiana.
"Ada ratusan usaha batu bata merah di sini. Rata-rata di setiap banjar pasti ada. Makanya desa kami terkenal dengan usaha batu bata merah dari Jembrana," ungkapnya.
I Gede Agus Putra (41), seorang warga Banjar Tengah mengaku, sudah 25 tahun menjadi buruh percetakan batu merah.
Namun baru di tahun 2015 ini ia beserta istrinya, Ni Kadek Sudiartini (33) mencoba membuka usaha percetakan batu bata merah.
Dengan dibantu istrinya saja, Agus Putra mampu memproduksi 15.000 sampai 40.000 buah batu bata merah per bulan.
"Masuk musim kering ini kami menggenjot produksi batu bata merah. Kalau sudah jadi biasanya disetor ke pengepul dan kembali dijual ke Denpasar Rp 460 ribu - Rp 470 ribu per 1.000 buah," jelasnya.