Krisis Air di Bali

Nyoman Norken: Kondisi Ketersediaan Air Bersih 'Lampu Kuning'

Bali saat ini sudah dalam kondisi lampu kuning alias harus waspada soal ketersediaan air bersih dari sumber-sumber yang selama ini ada.

Penulis: I Wayan Erwin Widyaswara | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Tribun Bali/Cisilia Agustina S
Sungai Ayung di Denpasar mengalami kekeringan, juga berwarna agak keputihan dan tampak berminyak, Senin (22/9/2015). 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pengkaji sumber daya air dari Universitas Udayana (Unud), I Nyoman Norken mengungkapkan Bali saat ini sudah dalam kondisi lampu kuning alias harus waspada soal ketersediaan air bersih dari sumber-sumber yang selama ini ada.

Sebab, menurutnya, kondisi sungai-sungai di Bali sudah banyak yang terindikasi tercemar, terutama di wilayah Bali selatan.

(Baca Berita Terkait: PDAM Denpasar Kehilangan Air 377 Liter per Detik)

Oleh sebab itu, pemerintah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota di Bali diharapkan duduk bersama untuk mencari jalan keluar.

Norken mengaku belum sempat melakukan penelitian secara khusus terhadap kondisi Sungai Ayung Denpasar, yang menjadi pemasok utama air PDAM Denpasar.

Oleh karena itu, ia belum berani mengatakan apa yang sedang terjadi di Sungai Ayung saat ini, yang kondisinya kering dan bahkan diduga tercemar karena warna airnya berubah keputih-putihan.

Terkait krisis air di Denpasar, Norken mengatakan bisa jadi hal itu merupakan siklus hidrologi biasa.

Yakni, saat musim hujan, air sangat berlimpah; dan pada musim kemarau air justru sangat kurang.

“Tetapi kalau soal indikasi sungai tercemar, memang banyak di Bali,” ungkap Norken saat dihubungi via telepon kemarin.

Pemerintah, menurut dia, harus segera merancang program agar sungai-sungai besar di Bali tidak sampai terlanjur tercemar dengan parah.

Dia juga mengungkapkan, rusaknya sungai juga disebabkan oleh alih fungsi lahan dan penurunan fungsi hutan di Bali.

Soal kebocoran air di PDAM Denpasar yang mencapai 29 persen dari total produksi, menurut Norken, hal itu masih wajar.

PDAM-PDAM di Indonesia, kata dia, tingkat kebocoran airnya juga antara 20 sampai 30 persen dari total produksi.

“Tapi bisa juga kebocoran ditekan hingga menjadi di bawah 20 persen melalui sistem dan manajemen yang lebih baik, juga lewat investasi baru,” jelas Norken.

Sedangkan Wakil Ketua DPRD Kota Denpasar, I Wayan Mariyana Wandhira mengatakan, berdasarkan hasil diskusinya dengan pakar air, sebetulnya Denpasar tidak kekurangan sumber air apabila PDAM Denpasar mau berinovasi.

“Dalam diskusi dengan saya, pakar air mengatakan bahwa sebetulnya Denpasar tidak mengalami krisis air. Kenapa tidak memanfaatkan teknologi?” kata Wandhira.

Oshin, seorang warga di Jalan Suradipa, Perumahan Geriya Utama Permai, Denpasar Utara mengaku terima kasih kepada PDAM Denpasar karena berkat PDAM yang mengirimkan air, pihaknya mampu melaksanakan upacara melaspas dengan lancar.

Ia juga mengklarifikasi pemberitaan yang menyebutkan bahwa pihaknya sempat geram karena air di rumahnya mati beberapa hari lalu.

“Saya tidak menyatakan geram atas matinya air di rumah saya, apalagi setelah dijelaskan Direktur Utama (Dirut) PDAM Denpasar  bahwa pada hari Minggu kemarin ada kebocoran pipa sehingga menyebabkan distribusi air seret, sehingga saya memaklumi. Saya berterima kasih kepada PDAM Kota Denpasar karena sudah mengirim bantuan sebagai langkah antisipasi,” ujar Oshin kemarin.

Sebagaimana diberitakan, waktu itu di rumah Oshin sedang menggelar upacara melaspas.

Namun air PDAM pada waktu itu hidup kecil bahkan kemudian mati.

Oleh karena itu, ia bersama saudaranya berinisiatif menghubungi PDAM Denpasar dan langsung dibawakan air.(*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved