Young Gen
'Save Their Breath' 3,5 Jam Kumpulkan Dana untuk Korban Kabut Asap
Penampilan akustik ini mampu menyedot perhatian pengunjung Lapangan Niti Mandala, Renon, Denpasar yang berolahraga sejak fajar menyinsing.
Laporan Wartawan Tribun Bali, Luh De Dwi Jayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Lantunan lagu dikumandangkan oleh seorang vokalis sambil memetik gitarnya di area Car Free Day, Jalan Puputan, Renon, Denpasar, Bali, Minggu (10/10/2015).
Penampilan akustik ini mampu menyedot perhatian pengunjung Lapangan Niti Mandala, Renon, Denpasar yang berolahraga sejak fajar menyinsing.
Acara apakah itu?
Ini merupakan acara penggalian dana melalui pentas akustik dengan tema "Save Their Breath".
Panitia yang merupakan kolaborasi dari PCMI Bali, LEO Club Bali Shanti, Semeton Jegeg Bagus Bali, Teruna Teruni Denpasar dan Suka Lila Yowana ini sudah berkumpul di depan Monumen Perjuangan Rakyat Bali sejak pukul 06.00 Wita.
Mereka mempersiapkan segala kebutuhan untuk penggalian dana, mulai dari kotak sumbangan, lokasi pementasan akustik, konsumsi panitia hingga persiapan aliran listrik.
Erlangga Bayu, koordinator kegiatan penggalian dana ini awalnya mendapat whatapps dari grup pemuda seluruh Indonesia terkait dengan sumbangan untuk daerah yang terdampak kabut asap.
Ia kemudian memiliki inisiatif untuk mengajak pemuda Bali lainnya untuk melakukan suatu gerakan penggalian dana bersama.
"Saya berpikir kalau sendiri saja menyumbang, itu tak seberapa. Mending ngajak yang lain untuk gabung. Astungkara semua yang saya tawarkan responnya positif," tutur Bayu saat ditemui Tribun Bali. Ia mengaku, menjaring komunitas lainnya di Bali itu hanya lewat Whatsapp, Line dan Facebook.
"Saya sebarkan ide saya pada mereka melalui chat, lalu sebar juga lewat sosial media. Semuanya spontanitas," ungkap Bayu dengan suara penuh penekanan.
Semangat Bayu dan kawan-kawannya tatkala itu masih membara, keringat kian bercucuran dibawah terik matahari kian mengejar ubun-ubun.
Sekitar 50 orang hadir dalam aksi sosial ini, mereka keliling lapangan membawa kotak amal, yang kemudian berkumpul kembali di depan Monumen Perjuangan Rakyat Bali.
Persiapan untuk penggalian dana ini diakui oleh Bayu tak banyak menghadapi kendala.
"Ya berhubung Leo Club pernah fundrising beberapa kali, jadi sudah tau alur minta izinnya kegiatannya bagaimana, he he," ungkap Bayu.
Dalam menggaet sponsor, ia mengaku hanya mengandalkan link yang sudah ada.
Namun, kendala yang dihadapi Bayu dan kawan-kawan terjadi saat hari-H.
"Genset yang kami bawa tidak bisa beroperasi. Untung ada pedagang yang menawarkan listriknya untuk penampilan akustik," jelas Bayu sambil menunjuk tempat berjualan pedagang itu ke arah selatan lapangan.
