Paus Sperma Terdampar di Klungkung

Usai Pelebon Alit Bau Sekitar Kubur Paus Berkurang, Paus Itu Utusan Dewa Baruna?

Tiga hari setelah dikubur, bau busuknya sangat keras

Tribun Bali/Eka Mita Suputra
I Wayan Mudiasa (36) sembahyang untuk memohon keselamatan di lokasi kuburan mamalia paus di Pantai Batutumpeng, Gelgel, Klungkung, Senin (28/3/2016) 

TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA  - Dibawah terik matahari, I Wayan Mudiasa (36), Warga asal Banjar Tangkas,  Desa Gelgel Klungkung berjalan kaki menyusuri garis pantai Batutumpeng, Desa Gelgel, Klungkung, Senin (28/3/2016).

Dibawah panasnya terik matahari Mudiasa tetap melangkah mantap sembari mebawa canang dan dupa menuju kuburan mamalia Paus jenis sperma (Physeter macrocephalus) yang terdampar dan mati Senin (14/3/2016) lalu.

Meskipun saat itu tercium bau busuk yang cukup menusuk hidung, Mudiasa tetap melangkah melewati garis polisi yang membentang di kuburan mamalia paus tersebut.

"Saya percaya jika paus itu ulam agung dan utusan dewa baruna sebagai penguasa lautan. Jadi saya bersembahyang untuk memohon keselamatan karena setiap hari memancing di pantai ini," ujar Mudiasa sembari menghaturkan canang tepat di areal dikuburnya paus tersebut.

Mudiasa sama sekali tidak terpengaruh dengan bau busuk yang tercium disekitar areal bibir pantai Batu Tumpeng.

Ia tetap bersembahyang dengan khusyuk untuk memohon keselamatan kepada sang penguasa lautan karena kerap memancing di lokasi tersebut.

Semenjak dilaksanakan ritual pelebon alit, Rabu (23/3/2016), lokasi kuburan mamalia paus di pantai Batu Tumpeng ramai dikunjungi warga untuk melakukan kegiatan spiritual.

Hal ini diungkapkan I Wayan Buda yang membuka warung tidak jauh dari lokasi kuburan paus.

"Banyak warga yang bersembahyang. Bahkan ada warga yang bilang air disekitar kuburan itu seperti minyak. Air itu ditunas (diminum) dan digunakan mencuci muka oleh warga tersebut," jelas Wayan Buda.

Wayan Buda mengakui, semenjak dilakukan upacara pelebon alit terhadap mamalia paus tersebut, aroma busuk yang ditimbulkan jauh berkurang.

Bahkan, tepat di atas kuburan, aroma busuk sama sekali tidak akan tercium.

"Tiga hari setelah dikubur, bau busuknya sangat keras. Namun, setelah diplebon alit, baunya jauh berkurang. Bahkan, jika kita berada tepat diatas kuburan, baunya sama sekali tidak tercium," ungkap Wayan Buda yang setiap hari berada di sekitar kuburan paus tersebut (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved