Rabies Makan Korban
Aneh, Ida Ayu Nartayadi Diduga Meninggal Suspect Rabies Tapi
Namun demikian, kematian Nartayadi masih menimbulkan tanda tanya besar. Ada keanehan terkait dugaan dirinya menjadi korban rabies.
Penulis: I Putu Darmendra | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Sementara itu, seorang warga Banjar Kabetan Kaja, Desa Bakbakan, Kabupaten Gianyar, Ida Ayu Nartayadi (60), yang meninggal pada pertengahan bulan ini diduga karena suspect rabies.
Nartayadi dikabarkan pernah digigit anjing di bagian kaki sekitar empat bulan lalu.
(Ganas, Anjing Rabies Membabi Buta Gigit dan Seret Pria Renta di Jatiluwih)
Saat dirawat di Rumah Sakit Family Husadha Gianyar, ia menunjukkan gejala fobia seperti takut dengan cahaya dan air.
Korban kemudian langsung dirujuk ke RSUP Sanglah.
Sehari setelah dirawat, Nartayadi menghembuskan napas terakhirnya.
Atas gejala fobia yang ditunjukkan pasien, tim medis lalu menduga kematiannya disebabkan karena suspect rabies dengan pertimbangan ada riwayat gigitan anjing.
Namun demikian, kematian Nartayadi masih menimbulkan tanda tanya besar.
Ada keanehan terkait dugaan dirinya menjadi korban rabies.
Penyebabnya, dalam waktu bersamaan anjing itu juga mengigit korban lainnya yaitu Ida Bagus Yogi Swara (18).
Tapi hingga kini, Bagus Yogi yang merupakan anak dari Nartayadi tidak mengalami hal yang berarti.
Ia tampak baik-baik saja.
"Jujur saja, kasusnya ini kok aneh, kami belum bisa memastikan apa sebabnya. Informasinya suspect rabies," ujar Koordinator Pengendalian Zoonosis, Dinas Peternakan Gianyar, drh I Gusti Ngurah Dibya Prasasta kepada Tribun Bali, Selasa (31/5/2016).
Pemerintah Kabupaten Gianyar khususnya Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan juga belum memastikan dugaan rabies tersebut.
Mereka kebingungan.
Gusti Ngurah Dibya menjelaskan, jika benar anjing yang menggigit terjangkit rabies, otomatis letupan kasus bulan saat ini meningkat.
Namun hal itu sama sekali tidak terjadi.
"Kita tidak menerima laporan dari empat bulan yang lalu. Logikanya kalau ada pasti di bulan sekarang letupan kasusnya tinggi. Tapi selama empat bulan ini memang tidak pernah ada laporan gigitan. Kecuali kasus yang ini. Dan memang tidak dilaporkan," ungkapnya.
Gejala fobia yang ditunjukkan korban tidak bisa ditepikan.
Kasi Penanggulan Penyakit Menular Dinkes Gianyar, I Nyoman Astawa, mengatakan untuk membuktikannya memang harus dilakukan pengambilan sampel otak.
Namun anjing tersebut terlanjur dikubur sertelah dibunuh warga sesaat sesudah mengigit.
Sementara tim medis tidak mengambil sampel dari otak korban.
Ini yang membuat penyebab kematian pasien rancu.
"Ada sejumlah keanehan, anjing itu gigit dua orang tapi satu korban baik-baik saja. Kita sudah berikan VAR saat korban yang satu meninggal. Terus kasus di sana tidak ada peningkatan. Jika positif pasti ada peningkatan. Pasien dikabarkan memiliki riwayat jantung. Tapi saat dirawat korban menunjukkan gejala fobia suspect rabies," ujarnya.
Adapun angka kematian kasus rabies di Bali pada manusia sejak tahun 2008-2016 mencapai 166 korban meninggal.
“Di tahun ini hingga bulan Mei terdapat tiga kasus kematian karena rabies” ungkap Kepala Dinas Kesehatan Bali, dr Ketut Suarjaya.
Tiga kasus kematian di Bali pada tahun 2016 ini terdapat di Karangasem, Klungkung, dan Gianyar.
Terkait persedian VAR di Bali, Suarjaya mengatakan stok VAR masih sangat cukup.
“Sampai dengan Mei ini, stok VAR ada 66.852 vial yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Bali,” cetusnya. (*)