Pesta Kesenian Bali
Rangda Ida Ratu Mas Cupak Tedun, Penonton Pun Kerauhan
Suasana mulai merinding ketika tedunnya (turunnya) petapakan Raden Cupak, yakni Rangda Ida Ratu Mas.
Penulis: A.A. Gde Putu Wahyura | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Pertunjukan Arja Cupak sudah dinanti-nanti warga di Kalasan Angsoka, Taman Budaya Art Centre, Denpasar, Bali, Jumat (17/6/2016).
Suasana mulai merinding ketika tedunnya (turunnya) petapakan Raden Cupak, yakni Rangda Ida Ratu Mas.
Ketika Rangda Ida Ratu Mas mulai menari-nari di atas panggung, angin sontak berhembus kencang. Langit pun seketika mendung.
Tarian Rangda Ida Ratu Mas membuat seorang wanita tua terlarut, ikut meliuk-liuk di pinggir panggung.
Suasana semakin mencekam ketika tiga orang laki-laki dan seorang anak perempuan berteriak histeris (kerauhan) dari tribun barat Kalasan Angsoka.
Teriakan itu terdengar keras, membuat penonton penasaran.
Ada yang mulai berhamburan menghindari penonton yang kerauhan.
Namun tidak sedikit yang terus mendekati panggung Angsoka melihat apa yang disuguhkan oleh Sekaa Angsoka Mekar, Penarungan, Mengwi.
Koordinator Sekaa Angsoka Mekar, Wayan Griya, mengatakan, Rangda Ida Mas merupakan sesuunan Pura Batur yang melinggih (bersemayam) di Pura Dalem Yang Soka Penarungan.
Dalam tarian Arja Cupak ini sengaja ditedunkan untuk menjadi petapakan Raden Cupak.
“Rangda Ida Ratu Mas adalah sesuunan Pura Batur sane melinggih ring pura dalem yang soka penarungan. Koneksi pertapakannya Raden Cupak, makanya Ida Tedun. Cerita Cupak semulanya berawal dari sini,” jelas Griya.
Setiap pagelaran Arja Cupak, Griya memastikan Petapakan Raden Cupak Tedun.
“Jika ada kerauhan (kerasukan) mungkin saja ada sisia beliau yang tedun untuk mengiring beliau. Menurut cerita orang kami di desa, beliau (Rangda Ida Ratu Mas) juga memberikan obat-obatan. Mungkin saja sisia (pengikut) beliau ada yang tedun. Jadi, ini adalah proses dari pagelaran Arja Cupak ini,” ujarnya.
Dia menyebut konsep pagelaran Arja Cupak yakni melihat perjalanan hidup Cupak yang rakus dan sombong tetapi sakti.
Banyaknya kesalahan Cupak baik dengan adiknya sendiri si Grantang dan terhadap kerajaan Kediri, membuatnya menelan ludahnya sendiri saat dikalahkan oleh adiknya, Grantang.