Fast Boat Meledak di Padang Bai Bali

Ledakan Boat Sebabkan Wisatawan Trauma Ke Bali, Gubernur Geram Dan Bupati Marah

Korban dalam peristiwa nahas tersebut terang-terangan menyatakan trauma datang ke Bali dan tidak merekomendasikan Pulau Dewata untuk para turis.

Penulis: A.A. Gde Putu Wahyura | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN BALI / Saiful Rohim
Petugas tim Labfor memeriksa bangkai boat Gili Cat II di dermaga Pelabuhan Padang Bai, Karangasem, Bali, Jumat (16/9/2016). 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Peristiwa meledaknya fast boat (kapal cepat) Gili Cat II di Padang Bai, Karangasem, Bali yang menyebabkan dua wisatawan asing tewas dan 19 luka-luka bisa berdampak buruk bagi pariwisata Bali.

Sejumlah korban dalam peristiwa nahas tersebut terang-terangan menyatakan trauma datang ke Bali dan tidak merekomendasikan Pulau Dewata untuk para turis.

“Pesannya sederhana, Bali bukanlah lokasi yang baik untuk para turis, saya tidak akan pernah merekomendasikan Bali untuk turis,” ujar satu dari 35 penumpang boat nahas tersebut, Eduarda Carvalho, yang berasal dari Portugal, seperti dikutip www.newscom.au, Jumat (16/9/2016).

Fast boat Gili Cat II meledak dalam perjalanan dari Dermaga Rakyat Pelabuhan Padang Bai menuju Gili Trawangan, Lombok, Kamis (15/9/2016) pukul 09.40 Wita.

Bagian mesin boat meledak saat baru menempuh perjalanan sekitar 200 meter atau 15 menit.

Warga negara Austria  yang diduga bernama Kathrin Zefferet dan seorang perempuan warga negara Spanyol yang diduga bernama Vanessa Pascual tewas akibat ledakan tersebut.

Sedangkan 19 warga negara asing lainnya terluka.

Sementara seorang penumpang wanita asal Jerman, Tenhartt Martina, kehilangan kedua kakinya dari bawah hingga sebelum batas lutut.

Saat ini Martina masih dirawat di Rumah Sakit Kasih Ibu Denpasar.

Gili Cat II adalah satu dari 11 kapal cepat lain yang biasa digunakan untuk menyebrang dari Bali menuju Pulau Gili Trawangan. Dalam perjalanan, boat ini membawa setidaknya 35 penumpang yang merupakan warga negara asing.

20 penumpang yang duduk di dekat mesin menjadi korban ledakan.

Menurut Eduarda, momen itu sangat menakutkan dan orang-orang langsung panik.

"Kami melihat sebuah ledakan lalu terlihat orang-orang penuh luka. Saya merasa menyesal dan trauma untuk datang ke Bali akibat kejadian ini," kata wanita yang selamat dari ledakan ini, dan sempat menolong penumpang lain yang mengalami luka-luka.

Gubernur Geram

Gubernur Bali, Made Mangku Pastika, pun geram dengan peristiwa meledaknya boat Gili Cat II yang mengangkut para turis itu.

Ia mengakui dengan meledaknya kapal di wilayah perairan Bali ini tentu akan merugikan pariwisata Bali.

“Tentu saja kita berduka cita atas meninggalnya dua orang dan lainnya luka-luka. Saya kira itu sangat merugikan pariwisata kita seluruhnya,” jelasnya selepas acara peletakan batu pertama Energi Terbarukan di Kantor Gubernur Bali, Denpasar, Jumat (16/9/2016).

Pastika menyoroti kinerja Kasyahbandar Otoritas Pelabuhan (KSOP) Padang Bai.

Seharusnya KSOP lebih mengawasi kapal-kapal yang berlayar di perairan Bali.

“Perlu kewaspadaan, pemeriksaan yang lebih teliti lagi dari syahbandar. Jadi sebelum kapal berangkat harus betul-betul dicek, saya kira itu paling penting,” jelasnya dengan nada yang agak tinggi.

Sebelumnya, 15 Juli 2016, kapal cepat Marina Srikandi juga terbalik saat berlayar dari Pelabuhan Rakyat Amed, Desa Purwakerti, Kecamatan Abang, menuju Gili Trawangan.

Peristiwa ini terjadi akibat kapal bocor sehingga air masuk ke dalam dek kapal.

Sebanyak 32 penumpang yang merupakan wisatawan asing bersama nakhoda dan tiga anak buah kapal (ABK) selamat dari kecelakaan tersebut.

Sebelum kapal terbalik, para wisatawan memilih menceburkan diri lalu berenang untuk kembali ke pelabuhan.

Akibat dua kali kejadian dalam waktu berdekatan ini, Pastika meminta Dinas Perhubungan Provinsi Bali ikut mengontrol dan mengendalikan pelabuhan, karena selama ini seolah-olah pelabuhan itu adalah teritori tertutup.

Dikonfirmasi di tempat yang sama, Kepala Dinas Perhubungan, Informasi, dan Komunikasi Pemprov Bali, Ketut Artika, mengatakan kewenangan perizinan kapal merupakan kewenangan KSOP Padang Bai karena lintas provinsi.

Ia mengaku sudah sempat memperingatkan KSOP Padang Bai terkait dengan pengawasan yang lebih ketat karena sebelumnya juga sudah ada kapal tenggelam Marina Srikandi di Karangasem. "Kemarin sudah saya ingatkan," katanya.

Adapun Kepala KSOP Padang Bai, Ketut Gede Sudarma, menyebut bahwa kondisi boat sangat baik sebelum berlayar.

Tak ada tanda-tanda rusak pada mesin. Bunyi mesin fast boat terdengar masih bagus.

"Mungkin kejadian ini sudah takdir," katanya pasrah saat dikonfirmasi kemarin.

Sudarma menjelaskan, boat Gili Cat II terakhir di docking (perbaikan) awal Februari 2016.

Surat docking sudah diserahkan ke petugas.

Sedangkan masalah pemeriksaan rutin perbulan, wewenang pemilik boat.

Pengakuan pemilik, kata Sudarma, boat sering diperiksa tiap bulan. "Boat di-docking tiap tahun sekali di Denpasar. Boat yang sudah di-docking, suratnya diberi ke KSOP. Masalah docking, tugas KSOP," jelas Sudarma.

Sudarma menambahkan, boat dibeli tahun 2007 dan dioperasikan tahun 2008.

Fast boat Gili Cat II hanya melayani penyebrangan Padang Bai-Gili  Trawangan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB). Surat lengkap, tak ada yang kurang.

Harus Dipulihkan

Bupati Karangasem, IGA Mas Sumatri, juga marah atas kejadian meledaknya boat Gili Cat II yang memakan korban para wisatawan.

Ia pun meminta pengusaha fast boat Gili Cat II bertanggung jawab atas peristiwa nahas yang terjadi di Bumi Lahar.

Mas Sumatri khawatir peristiwa ini membuat wisatawan takut ke Bali, khususnya Karangasem.

"Jangan sampai wisatawan luar negeri enggan berkunjung ke sini. Sektor wisata baru kita bangkitkan. Pemilik harus bertanggung jawab untuk memulihkannya," kata Mas Sumatri di hadapan General Manager (GM) Gili Cat, Hendri.

Selain meminta tanggung jawab atas kejadian tersebut, pengusaha fast boat diminta kordinasi dengan pemerintah daerah (pemda) Karangasem.

Gili Cat, kata Mas Sumatri, belum pernah berkordinasi dengan pemda. Padahal pemda juga memiliki tanggung jawab besar bila terjadi musibah.

"Peristiwa seperti ini sudah dua kali terjadi di Karangasem. Pertama ketika di Pelabuhan Amed, dan kedua di Padang Bai. Saya minta fast boat beroperasi sesuai SOP demi menjaga pariwisata Karangasem," tegasnya.

Kepada bupati, Hendri mengaku salah. Pihaknya pun menyatakan bertanggung jawab atas ledakan tersebut.

Hendri berjanji akan menanggung segala biaya pengobatan dan makan para korban selama dirawat di rumah sakit.

Korban, tambahnya, akan diberikan asuransi sebesar 10 juta dari Jasa Raharja.

Hendri juga berjanji menanggung biaya upakara atas kejadian tersebut. Pemilik usaha belum berkordinasi dengan desa adat terkait berapa biayanya dan kapan akan dilaksanakan.

"Tapi sesegera mungkin akan dibicarakan," katanya.

GM Gili Cat ini berharap dunia pariwisata Bali kembali bangkit pasca terjadinya ledakan kapal di Padang Bai.

"Kita berharap wisatawan tak takut ke Bali, dan mereka tetap ramai berkunjung ke Bali," tandasnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved