Geger, Bale Peyadnyan Jelang Upacara Mengukur di Karangasem Terbakar
Ratusan krama sontak geger mendengar kabar kebakaran tersebut. Sembari membawa air, warga berdatangan menuju lokasi mencoba menjinakkan amukan api
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA – Bale peyadnyan yang disiapkan krama Desa Adat Perasi, Kecamatan Karangasem untuk menggelar karya agung memukur terbakar, Selasa (8/11/2016), sekiara pukul 11.00 Wita.
Si jago merah mengamuk melahap sejumlah balai beserta perlengkapan upacaranya.
“Padahal enam hari lagi krama akan melaspas di sini. Aacara puncak (memukur) akan dialaksanakan pada 24 November bulan ini. Padahal persiapan sudah kita lakukan sejak dua bulan,” kata krama adat Perasi, Gusti Bagus Pratama kepada Tribun Bali.
Ratusan krama sontak geger mendengar kabar kebakaran tersebut.
Sembari membawa air, warga berdatangan menuju lokasi mencoba menjinakkan amukan si jago merah.
Namun, atap balai yang terbuat dari ilalang membuat api semakin membasar menjalar secara cepat.
Krama pun masih berjuang untuk memadamkannya.
Sebagiaan bale peyadnyan tak bisa diselamatkan. Tempat banten (jabean), tempat penyimpanan bahan upacara, serta tempat persembahyangan (pesucian) hangus.
Kelapa, pisang, singkong, janur dan perlengkapan upacara lainnya tinggal puing dan abu.
“Yang tersisa hanya balai inti tempat memukur dan dapur,” kata dia.
Gusti mengatakan, api pertama kali muncul dari ruang pesucian yang terbuat dari ilalang. Angin yang bertiup kencang membuat api menjalar ke balai lainnya.
Pemadam kebakaran pun datang sejurusnya. Kobaran api yang besar membauat petugas dan krama kesulitan.
Gusti mengaku tidak mengetahui apa penyebab kebakran tersebut.
Namun diduga kebakaran dipicu karena dupa.
Sebab seorang krama sempat bersembahyang di balai pesucian sebelum peristiwa tersebut terjadi.