Terkuak, Orang Ormas Yang Pukul Bule Hingga Dikabarkan Buta, La Favela Bali Ditutup!
Tiga orang itu yaitu, Putu Gede Septian Heriwardana (25), AA Ketut Agung Artawan (29), dan Putu Eka Nur Ardiawan
Penulis: I Dewa Made Satya Parama | Editor: Aloisius H Manggol
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Polresta Denpasar menangkap tiga pelaku pemukulan terhadap wisatawan asing asal Ukraina, Sarkisian Argam (32) yang terjadi di La Favela bar & resto.
Tiga orang itu yaitu, Putu Gede Septian Heriwardana (25), AA Ketut Agung Artawan (29), dan Putu Eka Nur Ardiawan.
Baca: Buntut Pemukulan Bule Rusia di Seminyak, La Favela Ditutup Sementara, 3 Pelaku Ditangkap
Saat disinggung latar belakang security La Favela, Kapolresta Denpasar, Kombes Pol Hadi Purnomo membenarkan security yang dikerjakan berasal dari salah satu ormas besar di Bali.
Dengan alasan penyelidikan dan akan dilakukan pra rekonstruksi, polisi menutup sementara bar yang berlokasi di Seminyak, Kuta, Badung.
Kasus pemukulan ini mencuat dan sempat viral di medsos, atas informasi itu Polresta Denpasar bergerak untuk melakukan penyelidikan dan mengumpulkan alat bukti demi menemukan pelaku pemukulan wisatawan asing yang dikabarkan mengalami buta permanen.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, korban pemukulan belum melaporkan aksi kekerasan itu.
Dari hasil penyelidikan serta keterangan saksi dan rekaman cctv, Polresta Denpasar mengamankan security La Favela, yakni Putu Gede Septian Heriwardana (25).
Kemudian, polisi juga menangkap pelaku lainnya yakni AA Ketut Agung Artawan (29) di rumahnya yang berlokasi di Banjar Canggu, Desa Canggu, Kuta Utara, Kamis (12/1/2017) sekitar pukul 04.00 Wita.
Selain mereka, polisi ikut menangkap Putu Eka Nur Ardiawan yang terlibat kasus yang sama, ia ditangkap di kamar kosnya di Jalan Wayan Getuh Gang Subak, Dalung, Badung, Kamis (12/1/2017) sekitar pukul 6.00 Witta.
"Tadi malam kita sudah melakukan penyelidikan sesuai perintah dari bapak Kapolda untuk melakukan penangkapan," ujar Kapolresta Denpasar, Kombes Pol Hadi Purnomo di Mapolresta Denpasar, Kamis (12/1/2016).
Kapolresta Denpasar Hadi juga menceritakan kronologis kejadian yang sebenarnya terjadi.
Pemukulan ini bermula saat korban masuk ke dalam La Favela untuk mencari hiburan dan membeli minuman.
Korban memesan 4 shot Jameson dan dua kaleng minuman soda dengan harga keseluruhan sebesar Rp 680 ribu.
Cekcok tak terhindarkan saat korban ngotot dengan pembayaran yang dianggap mahal itu.
Putu Gede yang berada disana mendorong dan membawa korban keluar dari lantai 2 bar.
Kemudian Tude melakukan penganiayaan dengan cara memukul wajah korban dibantu dengan pelaku lainnya.
"Korban merasa kemahalan dengan minuman tersebut, dia komplain dengan kasir. Kemudian dia dipisah agar tidak terjadi keributan, namun dia tidak mau dan terjadilah kasus penganiayaan," jelasnya.
Kombes Hadi menyebutkan bahwa kasus pemukulan berawal dari komplain korban, dimana tagihan yang diberikan kasir La Favela dianggap mahal oleh korban.
Namun, ia memastikan bahwa biaya yang diberikan kasir sesuai dengan menu yang ada pada La Favela.
"Memang harganya segitu, sesuai dari bar tersebut. Tidak ada mark up kelebihan tagihan," ucapnya.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, Putu Gede mengaku sebanyak 2 kali memukul korban dengan tangan kosong sedangkan Artawan mengaku memukul korban sebanyak dua kali dengan tangan kosong yang mengenai mata korban.
Dikabarkan korban mengalami cacat pada mata kanannya pasca pemukulan itu.
Namun, Kombes Hadi belum bisa menyimpulkan kalau korban mengalami cacat permanen seperti yang dikabarkan di medsos.
"Belum bisa dikatakan cacat permanen, karena nanti kita minta dari hasil visum. Kalau dari medsos dikatakan begitu (cacat permanen, red), tapi nanti kita tetap menunggu hasil visum dari dokter," ujarnya. Sementara korban masih dirawat di RS Siloam.
Dengan alasan penyelidikan dan akan dilakukan pra rekonstruksi, polisi menutup sementara bar yang berlokasi di Seminyak, Kuta. Kepolisian juga menyelidiki izin tempat tersebut.
"Kita sudah memasang police line, kita akan melaksanakan cek ulang dan rekonstruksi. Untuk sementara (lokasi) ditutup karena dalam proses penyelidikan," kata Hadi Purnomo.
Hanya saja dia belum bisa memastikan sampai kapan penutupan itu dilakukan. (*)