Magisnya Pura Penatarana Agung Pucak Gunung Kembar Kenusut, Mohon Keselamatan Anak Kembar

Keinginan Mangku Rupa membangun pelinggih di Pura Penataran dilatarbelakangi petunjuk dari Ida Bhatara Lingsir Pucak Kawan (Lempuyang) agar ada yang

Penulis: Saiful Rohim | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Tribun Bali/Saiful Rohim
Suasana di dalam Pura Penataran Agung Pucak Gunung Kembar Kenusut. Warga sedang memperbaiki fasilitas pura, Jumat (31/3/2017). 

Pernah pula tinggal selama berapa tahun di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Setelah itu pada tahun 90an ia  pindah  ke  Singaraja untuk mencari suasana baru.

Jenuh dengan kehidupan di Singaraja, Mangku Catra sempat ingin transmigrasi ke Sulawesi.

Hanya saja rencananya gagal lantaran saat proses seleksi, ia mendadak sakit.

Saat itu keinginan menjadi pemangku masih belum terbersit di benaknya sebab kehidupannya masih terbilang tidak jelas.

Ia pun tidak tahu ke mana harus melangkah dan pekerjaan seperti apa yang mesti dilakukan.

Karena tidak tahu akan kemana, tahun 1994 Mangku Catra memilih kembali ke tanah kelahirannya di Banjar Jumenang, Desa Bukit, Karangasem.

Selama di rumah,  ia bekerja sebagai petani dan pengembala sembari membantu orangtua.

Dua tahun kemudian ia menikah  dengan  Jro  Mangku Istri Sri Winarti.

“Memang orangtua saya seorang pemangku, Jro Mangku Nengah Wita. Saat itu saya belum ada rencana menjadi pemangku. Tahun 1997 mendapat panggilan untuk mengikuti pelatihan ke pemangkuan selama tujuh hari di Denpasar. Seketika  itu  saya  langsung  bersedia,” jelasnya.

Karena panggilan inilah kemudian muncul keinginan untuk menjadi pemangku.

Tiga tahun kemudian ia pun diangkat menjadi pemangku.

Sempat pula mengikuti pelatihan kepemangkuan yang diadakan oleh Kementerian Agama RI.

“Dari hidup luntang-lanting, saya bisa menjadi pemangku. Mungkin ini karena sudah panggilan Ida Sang Hyang Widhi Wasa untuk mengayomi umat,” katanya.

Pihaknya terus memohon agar terus diberikan kekuatan untuk bisa memberi pelayanan terbaik untuk umat seluruh dunia.

Selain mengayomi dan melayani umat, ia ingin tetap bekerja sebagai petani dan peternak sembari membantu orangtua.

Setiap pagi ia mencari rumput untuk hewan ternak.

Setelah itu ke pura untuk ngayah dan melayani pemedak yang tangkil ke Pura Penataran Agung Pucak Gunung Kembar Kunusut. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved