Mukjizat Melukat di Pancoran Sapta Gangga Pura Tamba Waras, Sembuhkan Sakit Medis Non Medis

“Saat melukat itu dirasakan batu ginjal keluar, setelah dicek ternyata ginjalnya sudah bersih,” terangnya.

Penulis: I Made Argawa | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Tribun Bali/I Made Argawa
Ritual pengelukatan di Pancoran Sapta Gangga, Pura Luhur Tamba Waras, Kecamatan Penebel. Masyarakat yang datang melukat biasanya menderita sakit medis maupun non-medis. 

TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Tujuh pancoran berderet di halaman Pura Luhur Tamba Waras di Kecamatan Penebel, Tabanan, Bali.

Pancoran itu merupakan tempat pengelukatan baru di pura yang dikenal sebagai tempat berobat sekala-niskala itu.

Sebelumnya, ritual pengelukatan dilakukan di Pura Beji.

Tempat yang diberi nama Pancoran Sapta Gangga itu mulai dibuka untuk umum sejak bulan November 2016.

Hingga sekarang ratusan Umat Hindu datang setiap rerainan untuk melakukan ritual pengelukatan.

Pemangku Gede Pura Luhur Tamba Waras, Putu Wijaya menyebutkan, pembangunan pancoran Sapta Gangga dilakukan karena ada yang menerima pawisik.

“Yang menerima pawisik adalah Nengah Rentaya yang merupakan pengiring Pura Dalem Solo yang berada di Selatan Pura ini,” katanya saat ditemui di Pura Luhur Tamba Waras, Rabu (12/4/2017).

Disebutkannya, saat ini banyak masyarakat yang datang untuk melakukan pengelukatan, terutama saat rerainan, Sabtu dan Minggu.

Umat Hindu yang datang banyak yang menderita sakit medis maupun non-medis.

Pria yang telah menjadi pemangku sejak tahun 2007 itu menceritakan, ada seseorang asal Denpasar bernama Ketut Wijaya beberapa hari lalu melakukan pengelukatan.

Pria tersebut akan melakukan operasi batu ginjal, namun ditunda karena dokter berhalangan. 

“Saat melukat itu dirasakan batu ginjal keluar, setelah dicek ternyata ginjalnya sudah bersih,” terangnya.

Untuk sakit non-medis seperti kena guna-guna atau ilmu hitam, orang yang melakukan pengelukatan akan merasakan mual saat membasuh diri pada pancoran pertama.

Selain membasuh diri, masyarakat juga diharuskan meminum air pancoran yang sumbernya berada di kawasan Muncak Sari.

“Saat minum air sebanyak tujuh kali biasanya akan merasa mual,” jelasnya.

Saat melakukan pengelukatan, dua orang pemangku akan mendampingi, yakni mangku Wayan Nuadi dan Wayan Januarta.

Keduanya, menurut Putu Wijaya memang merupakan pemangku yang bisa melakukan pengobatan alternatif.

“Jika saya tidak berani, ada mangku yang khusus melakukan pengobatan di pancoran,” paparnya.

Seorang warga yang datang melukat, Raka Aryawan mengatakan, dirinya melakukan pengelukatan bersama tujuh orang rekan-rekannya.

Selain melakukan kegiatan ritual pengelukatan, dirinya juga menyerahkan bantuan berupa alat sapu dan tong sampah di pura.

“Saya dan teman-teman dari komunitas Satu Jiwa beberapa waktu lalu sepakat untuk melakukan kegiatan ritual dan sosial, melukat dan memberikan bantuan di Pura yang kami pilih,” ujarnya. (*)

Ket foto: Ritual pengelukatan di Pancoran Sapta Gangga, Pura Luhur Tamba Waras, Kecamatan Penebel. Masyarakat yang datang melukat biasanya menderita sakit medis maupun non-medis. 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved