Rektor Perempuan Pertama Unud
Mengungkap Keseharian Prof Sudewi yang Terpilih Sebagai Rektor Unud, Ini Rahasianya!
Perempuan kelahiran Denpasar, 15 Februari 1959 ini dikaruniai dua orang anak, yang keduanya merupakan seorang dokter.
Laporan Wartawan Tribun Bali, Widyartha Suryawan
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Prof. Dr. dr. Anak Agung Raka Sudewi yang saat ini menjabat sebagai Direktur Pascasarjana Universitas Udayana (Unud) akhirnya terpilih sebagai Rektor Unud perempuan pertama pada Jumat (11/8/2017).
Perempuan kelahiran Denpasar, 15 Februari 1959 ini dikaruniai dua orang anak, yang keduanya merupakan seorang dokter.
Baca: Prof Raka Sudewi, Rektor Perempuan Pertama Unud, Terpilih setelah Unggul 1 Suara
Baca: 10 Fakta Pemilihan Rektor Unud Hingga Memenangkan Sudewi, Unggu 1 Suara dari Damriyasa

Mereka adalah dokter Ida Ayu Sri Wijayanti dan dokter Ida Bagus Putra Pramana.
Di rumah, Prof Raka Sudewi sama seperti perempuan lain yaitu menjadi seorang ibu rumah tangga.
Sebagai perempuan Bali yang terikat dengan adat, Prof Raka Sudewi mengatakan dirinya dituntut untuk lebih bijak dalam mengatur waktu.
“Intinya, harus pintar-pintar mengatur waktu. Kalau tidak bisa siang karena urusan kantor, biasanya saya lakukan pada malam hari atau sebelum berangkat ke kantor,” ujarnya.
Sebelum menjabat sebagai Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana (2009-2017, Prof. Dr. dr. Anak Agung Raka Sudewi pernah menjabat sebagai Kepala Program Studi (Kaprodi) S3 Ilmu Kedokteran, Ketua Litbang Fakultas Kedokteran Unud, dan Kaprodi Dokter Spesialis Saraf Unud.
Perempuan yang diangkat tahun 1985 sebagai asisten dosen bagian neurologi saraf Unud ini mengaku perjalanan karier akademiknya baik sebagai dosen maupun direktur Pascasarjana akan menjadi bekal untuk memimpin Udayana hingga tahun 2021.
“Tentu, pengalaman itu akan sangat berguna untuk memanajemeni Udayana yang lebih baik lagi,” ujar Prof Raka Sudewi ketika dikonfirmasi Tribun Bali, Jumat (11/8/2017).
Selama menjabat sebagai Direktur Pascasarjana Unud, Prof Raka Sudewi sudah membuat beberapa gebrakan seperti peningkatan mutu internal maupun eksternal.
Di bawah kepemimpinannya sebagai direktur, ia juga berhasil membawa peningkatan mutu akreditasi dari B menjadi A. Selain itu, beberapa kerjasama internasional dengan universitas luar negeri dilakukan seperti di bidang pariwisata, S2 Lingkungan, dan S2 Bioteknologi.
“Pada Program Pascasarjana, saya melakukan penataan akademik antara lain terkait dengan publikasi hasil penelitian mahasiswa S2 maupun S3, sehingga tidak dibiarkan begitu saja,” imbuhnya.