Pastika: Saya Sendiri Rasakan Letusan Gunung Agung Tahun 1963, Tidak Boleh Terjadi Lagi!
Pastika mengajak semua masyarakat berdoa supaya aktivitas gunung agung tidak meningkat lagi.
Penulis: A.A. Gde Putu Wahyura | Editor: Aloisius H Manggol
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Gubernur Bali, Made Mangku Pastika terdiam sebentar ketika ditanya soal aktivitas yang meningkat dari Gunung Agung di Kabupaten Karangasem yang meningkat dari level I (Normal) menjadi level II (Waspada) berdasarkan hasil analisis data visual dan instrumental Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Pastika mengajak semua masyarakat berdoa supaya aktivitas gunung agung tidak meningkat lagi.
“Jangan panik, kita semua berdoa supaya tidak meningkat lagi. Saya sendiri merasakan letusan itu tahun 1963 saya baru tamat SD. Jadi betapa dahsyatnya itu dan itu tidak boleh terjadi lagi,” ujar Pastika.
Baca: Ini Wilayah Berbahaya Apabila Gunung Agung Meletus, Jangan Dekati Titik Ini
Pastika pun sempat menghela nafas sejenak dan melihat ke atas seakan teringat kejadian meletusnya Gunung Agung di Gedung Wiswa Sabha Utama, Kantor Gubernur Bali, Denpasar, Jumat (15/9/2017).
Dijelaskan oleh Pastika bahwa ketika ada lahar turun dari Gunung Agung maka radius 5.000 meter (5 KM) dari kawah gunung agung akan hangus semua.

Dikatakannya Pemprov Bali bersama Pemkab Karangasem telah memiliki rencana Kontijensi bencana jika nantinya Gunung Agung akan erupsi.
Baca: Perut Gunung Agung Berguncang Paling Lama Hampir Satu Menit, 4 Hari Terakhir Berguncang 17 Kali
Maka dari itu ia mengajak masyarakat Bali khususnya disekitar kaki Gunung Agung untuk tidak panik, karena siklus Gunung Agung ini adalah siklus natural yang bisa terjadi kapan saja.
“Itu kalau lahar turun, 5.000 meter hangus itu. Tetapi kita siap dan kita sudah punya rencana kontijensi. Pertama jangan panik karena ini hal yang natural dan alamiah yang terjadi. Kita berdoa dan memohon agar aktifitas Gunung Agung tidak meningkat lagi,” ujar mantan Kapolda Bali yang transmigrasi ke Bengkulu karena letusan Gunung Agung tahun 1963 ini.
Baca: VIDEO: Asap Mengepul, Suara Gemuruh Menggelegar dari Perut Gunung Agung, Gempa 99 Kali!

Walaupun tetap meminta masyarakat untuk tidak panic, Pastika juga mengimbau masyarakat untuk waspada karena Gunung Agung merupakan gunung yang termasuk dalam kawasan conton api pasifik (ring of fire).
Baca: Fakta Mengerikan Saat Gunung Agung Meletus Tahun 1963
Sedangkan gunung lainnya yang juga termasuk dalam conton api pasifik seperti Gunung Merapi, Gunung Sinabung, Gunung Raung, dan Gunung Rinjani sudah erupsi sebelumnya.
“Karena gunung disekitar kita semua sudah meletus, mulai dari Merapi, Sinabung, Raung dan di Lombok sudah erupsi. Nah kita (Gunung Agung) kan kelewatan ini, jangan sampai sekarang kena (erupsi) juga,” jelasnya.
Terpisah, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali Dewa Made Indra menambahkan bahwa dalam level waspada ini, pihaknya mengimbau masyarakat supaya tidak mendekati kawah karena berbahaya jika sampai menghirup gas yang dihasilkan kawah gunung.
Gunung Agung telah mengeluarkan gas di bagian kawah gunung, jika gas itu terhirup maka akan sangat berbahaya.
“Langkah kita mengimbau masyarakat supaya tidak mendekati kawah karena kawah bisa mengeluarkan gas dan kalau terhirup akan berbahaya. Gas itu sekarang sudah muncul tetapi masih dikawah belum naik keluar, karena sewaktu-waktu dalam level waspada gas bisa naik,” ujarnya.
Dijelaskannya radius 2,5 kilometer dari kawah tidak bisa dimasuki saat sekarang ini karena ditakutkan gas itu akan terhirup oleh masyarakat dan membahayakan.
Selain itu walaupun meminta masyarakat untuk waspada, ia mengingatkan masyarakat jangan panik karena semua gunung berapi berpotensi mengalami erupsi.
Namun, tidak ada erupsi gunung berapi yang tiba-tiba dan itu melalui proses yang bisa diamati, beda halnya dengan gempa.
“Ada potensi erupsi, semua gunung berapi punya potensi mengalami erupsi. Tetapi tidak ada erupsi tiba-tiba, dia memiliki proses yang bisa diamati. Level I normal, level II waspada, level III siaga dan level IV awas. Itu bisa diprediksi, beda dengan gempa,” ujarnya.
Ia juga mengatakan bahwa sampai saat ini belum ada erupsi baik debu atau abu yang keluar sampai saat ini.