Simpang Ring Banjar
3 Beji Suci di Penestanan, Pura Pesimpangan Ulun Danu Genah Nunas Kesembuhan
Air dari beji tersebut kerap dimanfaatkan penduduk sebagai sumber air suci untuk keperluan upacara.
Penulis: Ni Putu Diah paramitha ganeshwari | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
“Kebenaran kedua cerita itu didukung pula dengan kondisi geografis Desa Pekraman Penestanan. Namun diskusi saya dengan Ida Bagus Bajra juga menyimpulkan adanya kemungkinan wilayah Penestanan sudah dihuni pada masa Bali Kuna,” ungkap prajuru muda ini.
Dugaan ini bemula dari ditemukannya sebuah batu ulun desa yang terletak di dalam Pura Pesimpangan Ulun Danu.
Batu tersebut diduga merupakan peninggalan Bali Kuna, sebab ada kebiasaan orang dulu untuk meletakkan batu pada wilayah hulu desa (tempat yang dianggap tinggi) dan teben (wilayah yang dianggap lebih rendah) desa.
Konsep ini merupakan peninggalan dari zaman Rsi Markandeya yang membawa konsep ulu-teben di Bali.
“Jadi ada kemungkinan wilayah ini sudah dihuni penduduk, namun bukan berbentuk desa. Orang dulu menyebutnya sebagai kuwu. Kuwu ini tidak memiliki nama, namun ada aturan adat yang mengatur kehidupan mereka. Aturan tersebut disebut sima, fungsinya sama dengan dresta pada zaman sekarang,” tutur I Made Andika.
Lek, Yan Sing Milu Ngayah
Sejak lima tahun terakhir, wilayah Banjar Penestanan Kaja menjadi tempat menginap turis asing.
Di wilayah banjar ini telah berdiri vila, restoran, dan jasa transportasi. Penduduk pun membuka pintu rumah mereka sebagai homestay.
Lokasi yang dekat dengan kawasan wisata Ubud serta suasana desa yang masih tenang dan asri membuat wisatawan memilih untuk tinggal di tempat ini.
Keberadaan potensi wisata ini juga berdampak pada perubahan mata pencaharian penduduk.
Jika pada tahun 1990-an, mata pencaharian utama penduduk adalah sebagai petani, maka sekarang beralih ke sektor wisata.
Kendati demikian penduduk tetap memiliki kesadaran untuk menyama braya. Hal ini terlihat dari budaya ngayah yang masih dipertahankan.
Oktober mendatang, Desa Pekraman akan melakukan upacara besar yaiitu Karya Agung Memungkah, Ngenteg Linggih, Mendem Pedagingan, Pedudusan Agung, Tawur Manca Sanak Agung lan Pedanan di Pura Pesimpangan Ulun Danu. Sejak Agustus, penduduk sudah bekerja mempersiapkan upacara.
“Semangat untuk ngayah penduduk Banjar Penestanan Kaja masih ada. Setiap ada jadwal ngayah, penduduk akan ramai-ramai tedun. Masih ada rasa malu kalau sampai tidak ikut ngayah,” terang I Made Andika, Prajuru Banjar Penestanan Kaja.
Upacara di Pura Pesimpangan Ulun Danu tergolong upacara besar sebab tergolong Pura Khayangan Manca.