Simpang Ring Banjar
3 Beji Suci di Penestanan, Pura Pesimpangan Ulun Danu Genah Nunas Kesembuhan
Air dari beji tersebut kerap dimanfaatkan penduduk sebagai sumber air suci untuk keperluan upacara.
Penulis: Ni Putu Diah paramitha ganeshwari | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Pura ini pun menyimpan cerita-cerita magis yang dipercaya penduduk setempat.
Menurut keterangan Made Andika, Pesimpangan Ulun Danu memiliki kaitan dengan Pura Ulun Danu yang ada di Batur, Bangli.
“Maka setiap piodalan pun, kami akan nunas tirta ke Dewi Danu,” jelas Made Andika.
Pura Pesimpangan Ulun Danu ini juga sering dikunjungi warga luar desa yang ingin meminta kesembuhan.
“Beberapa orang datang berdasarkan pewisik, katanya di tempat ini mereka akan memperoleh kesembuhan. Ada juga yang mengaku melihat ada danau besar yang letaknya di belakang pohon beringin, dekat Pura Pesimpangan Ulun Danu. Padahal di sana hanya ada aungan (jurang). Hal inilah yang membuat pura ini memiliki energi yang luar biasa,” ungkapnya.
Murid-Murid Arie Smit
Kenangan akan sosok Arie Smit rupanya melekat pada warga Banjar Penestanan Kaja.
Hal ini dikarenakan beberapa penduduk banjar ini merupakan murid langsung dari seniman kelahiran Belanda tersebut.
Ketut Karta (53) merupakan satu di antaranya.
Dia dikenal sebagai murid Arie Smit yang terakhir.
Hingga kini Ketut Karta masih melukis. Ia memiliki studio yang menjadi satu dengan rumahnya.
Ketut Karta masih ingat pertemuan pertamanya dengan Arie Smith.
“Waktu itu ayah saya adalah juru masak di rumah Arie Smit. Jadi saya cukup sering melihatnya. Namun suatu hari, saya iseng mengambil kanvas kosong milik Arie Smit dan saya menggambar di atasnya. Saat tahu, Arie Smit sangat marah pada saya,” kenangnya.
Itulah awal mula Arie Smit melihat bakat melukis Ketut Karta. Keduanya pun menjalin hubungan baik sebagai murid dan guru.
Menurut Ketut Karta, Arie Smit adalah orang yang mengajari anak-anak di Penestanan cara mencampur warna yang benar.