Gunung Agung Terkini
Kadar Belerang di Radius 12 Km Masih Nihil, Fenomena Kepulan Asap Setinggi 1.500 Meter karena Ini!
Hasilnya hingga kemarin belum terdeteksi kadar belerang di radius 12 kilometer dari Gunung Agung.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM sejak tiga hari lalu telah melakukan pengukuran terhadap kadar belerang (SO2) Gunung Agung.
Hasilnya hingga kemarin belum terdeteksi kadar belerang di radius 12 kilometer dari Gunung Agung.
Baca: Asap Kawah Gunung Agung Tak Teramati, Kegempaan Menurun di Pengamatan 6 Jam Terakhir
Baca: Jono dan Joni, 2 Anjing Pemandu Pendaki di Gunung Agung yang Banyak Dikenang, Bagaimana Nasibnya?
Baca: Hingga Pukul 06.00 Pagi Ini, Gempa di Gunung Agung Tercatat 196 Kali, Ini Visualisasi Zona Bahayanya
Baca: Awasi Gerak-gerik Pendaki Nekat Naik ke Puncak Gunung Agung, Titik Masuk Dijaga Ketat
"Berdasarkan dari hasil pemeriksaan petugas kami dari arah utara dan selatan Gunung Agung, hingga saat ini kandungan gas belerang masih nol," ujar Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG, Gede Suantika, di Pos Pengamatan Gunung Agung, Desa Rendang, Karangasem, Minggu (8/10/2017).
Pengukuran terhadap kadar belerang Gunung Agung telah dilakukan sejak tiga hari dengan menggunakan alat spektrometer.
Alat tersebut digunakan untuk pengambilan contoh kandungan sulfur dari gunung dari jarak 12 kilometer dari bibir kawah.
Gede Suantika mencontohkan, metode pengecekan kandungan sulfur ini sangat tergantung dengan posisi dan arah angin.
Apabila sebaran gas sulfur terbawa angin ke arah barat, maka pengecekan harus dilakukan di arah barat Gunung Agung dan alat spektrometer harus diarahkan vertikal (ke atas) mengarah utara dan selatan.
"Apabila gas ini melintas di atas spektrometer ini, maka akan diketahui kosentrasi kandungan gas belerang itu. Tapi sampai saat ini masih nihil di radius 12 km. Namun berdasarkan informasi pendaki terakhir, di radius 700 meter dari bibir kawah sudah tercium aroma belerang," ujarnya.
Sementara Kepala PVMBG, Kasbani, menambahkan pihaknya telah menambah dua alat tilmeter (alat baru untuk mendeteksi deformasi) untuk mengkonfirmasi pengembungan Gunung Agung.
"Alat ini kembali difungsikan untuk mengantisipasi hal terburuk, akibat penggembungan gunung Agung," ujarnya.
Alat tilmeter dipasang pada sisi utara dan selatan di radius 9 hingga 12 kilometer dari puncak Gunung Agung.
Penyebab Kepulan Asap
Kemarin, hujan deras terus mengguyur sekitar Gunung Agung.
Tingginya curah hujan di sekitar Gunung Agung dalam beberapa hari terakhir ini diduga menjadi pemicu kepulan asap setinggi 1.500 meter yang tampak Sabtu (7/10/2017) sekitar pukul 20.40 Wita.
"Asap tersebut masih putih dan belum bercampur material. Kemungkinan kepulan asap setinggi 1.500 meter dari puncak gunung itu diakibatkan oleh curah hujan yang masih tinggi di sekitar Gunung Agung selama tiga hari terakhir. Jadi bukan letusan," ujar Suantika.
Ia menjelaskan, asap yang membumbung tinggi dapat dipicu oleh dasar kawah yang sangat panas, lalu diguyur hujan deras.
Akumulasi air ke bawah kawah, lalu dilepas menjadi uap air yang tampak berupa asap berwarna putih
"Jadi 99 persen asap yang kemarin mengepul tinggi masih mengandung uap air. Jadi fenomena kemarin malam itu belum erupsi, tapi masih aktivitas solfatara," jelas Suantika.
Gunung api dapat dikatakan erupsi, kata Suantika, jika kepulan asap berwarna pekat dan bercampur material dari perut bumi.
Kemarin siang, Kalak Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Klungkung, I Putu Widiada, dan stafnya tampak menyambangi Pos Pengamatan untuk berkoordinasi dengan PVMBG terkait peristiwa kepulan asap tinggi di atas Gunung Agung.
Ia mengungkapkan, banyak pengungsi di Klungkung mempertanyakan peristiwa kepulan asap tinggi tersebut.
Terlebih, kepulan asap tertinggi sejak status Awas itu banyak yang mengabadikan dan dibagikan di media sosial.
"Banyak yang bertanya apakah Gunung Agung sudah meletus? Setelah kami bertemu langsung dari Pak Kasbani, ternyata gunung Agung belum erupsi. Kepulan asap itu adalah uap air. Kami sudah dikasi print out yang menjelaskan fenomena itu, dan akan kita tempel di Posko Pengungsian GOR Swecapura," kata Widiada.
Hasil evaluasi aktivitas vulkanik Gunung Agung, Minggu (8/10/2017), menunjukkan gunung tertinggi di Bali ini masih dalam status Awas.
Kondisi kegempaan tetap kritis.
Angka gempa vulkanik dalam masih berada di angka 500-600 per hari, sementara gempa vulkanik dangkal berada di angka 300-350 per hari, sedangkan gempa tektonik lokal di angka 60-70 per harinya.
"Dari kegempaan, belum ada tanda-tanda tremor. Masih gempa seperti sebelumnya," kata Suantika. (*)