Gunung Agung Terkini
Baru di Ketinggian 1.800 Meter, Tiba-Tiba Kamera Drone Untuk Gunung Agung Bermasalah
Saat sudah mencapai ketinggian 1.800 meter, drone pun terpaksa di return to home (mendarat kembali).
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Tim Drone PT Carita Boat Indonesia, BNPB, didampingi Tim PVMBG melakukan pemantauan kawah Gunung Agung dengan menggunakan drone militer, Rabu (11/10/2017).
Baca: Drone dan Kesakralan Bali, Ada yang Menyebut Leteh, Tapi Kini Digunakan Memantau Gunung Agung
Baca: VIDEO Beberapa Kali Dicoba, Drone Untuk Gunung Agung Belum Berhasil, Hari Ini Akan Terbang Lagi
Titik take off untuk drone tersebut dipilih di lokasi Galian C di Wilayah Desa Tulamben, Kecamatan Kubu, Karangasem, Bali.
Baca: Kepala BNPB Perkirakan Letusan Gunung Agung Tak Sebesar 1963, Ini Penjelasan Lengkapnya
Baca: Gunung Agung Diguncang Lebih Dari 18 Ribu Gempa Sejak Status Waspada Hingga Status Awas
Namun penerbangan drone pada hari pertama belum berjalan mulus. Kemarin tim tersebut masih pada tahap uji coba.
Baca: Masih Fase Kritis, Begini VIDEO Keadaan Gunung Agung Terkini Dari Bukit Bunyang Karangasem
Baca: Gunung Agung Belum Meletus, Namun Gunung Di Daerah Ini Mulai Bergejolak, Masyarakat Panik
Baca: Berada di Jalur Cincin Api, Magma Dari Gunung Agung Bisa Saja Bergerak ke Gunung Lain

Saat dilakukan uji coba terbang putar menuju ketinggian 3.200 meter, tiba-tiba kamera tidak normal.
Saat sudah mencapai ketinggian 1.800 meter, drone pun terpaksa di return to home (mendarat kembali).
"Pesawat tidak masalah. Normal semua dan mampu terbang hinga 3.200 meter. Namun adanya risiko blind flight di gunung karena kamera bermasalah maka penerbangan tidak dilanjutkan," jelas Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, kemarin.

Rencananya penerbangan drone untuk menangkap secara visual kondisi deformasi dan kondisi kawah Gunung Agung akan kembali dilanjutkan, Kamis (12/10/2017) ini.
"Kamis pagi akan diterbangkan dengan persiapan yang lebih baik dan merupakan misi terbang sebenarnya. Hari ini (kemarin, red) lebih pada flight plan," ujar Sutopo.
Drone yang digunakan memiliki spesifikasi khusus yang disediakan oleh BNPB.
Nantinya drone tersebut akan terbang setinggi lebih dari 3 kilometer untuk menangkap secara visual kondisi deformasi Gunung Agung, termasuk keadaan di dalam kawah.
Hasil dari penangkapan visual dengan drone ini untuk melengkapi hasil pemantauan yang biasanya menggunakan Tiltmeter dan GPS.
"Kalau kita naik ke sana kan tidak berani, jika kondisi Gunung Agung dalam keadaan seperti ini. Jadi paling efektif memang menggunakan drone khusus. Jika kita pengamatan secara visual kurang maksimal, karena kita hanya memantau dari jarak 12 kilometer. Sementara satelit juga masih belum efektif. Kalau drone semoga nanti hasilnya maksimal, dan kita bisa tahu dengan jelas sebagaimana penggelembungan
Gunung Agung termasuk kondisi di dalam kawahnya," ujar Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG), Kasbani, ketika ditemui di Pos Pengamatan Gunungapi Agung di Desa Rendang, Karangasem, kemarin.
Kepala BNPB Willem Rampangilei pun menginisiasi penggunaan drone untuk memantau kawah Gunung Agung.
“Kita harus kerahkan drone yang memiliki spesifikasi khusus terbang tinggi yang mampu mendokumentasikan semua fenomena di kawah. Tanpa drone kita tidak tahu apa yang terjadi.Citra satelit tidak dapat setiap saat memantau perkembangan kawah. Oleh karena itu, drone menjadi pilihan yang terbaik. Aman, efektif dan update,” kata Willem.
BNPB mengerahkan tiga unit drone dengan spesifikasi berbeda.
Tiga unit drone fixed wing yaitu Koax 3:0, Tawon 1.8 dan Mavic, sedangkan dua unit drone jenis rotary wing adalah multi rotor M600 dan Dji Phantom.
Mengingat tinggi Gunung Agung sekitar 3.031 meter di atas permukaan laut (mdpl) maka diperlukan drone yang memiliki kemampuan terbang tinggi.
Drone Koax 3:0 dan Tawon 1.8 memiliki kemampuan terbang hingga 13.000 kaki atau 4.000 meter.
Mesin menggunakan baham bakar ethanol agar dapat terbang tinggi. Drone tersebut nantinya akan mengambil dokumentasi berupa video dan foto di sekitar kawah Gunung Agung.
Sementara drone rotary wing mampu terbang dengan ketinggian 500 meter digunakan untuk memetakan permukiman dan alur-alur sungai.
Untuk mendukung semua itu digunakan Ground Control Station yang mobile. (*)