PT Hardys Retailindo Pailit

Kisah Gede Hardi, Jaya dan Pailit dari Properti, Ternyata Bisnis Sejak Kuliah

Gede Hardi, pria yang berada di belakang bisnis ini memulai bisnis retail dengan modal yang diperolehnya dari bisnis properti yang dimulai di Bandung.

Kompas.com
Gede Agus Hardiawan 

Strategi yang diterapkan untuk mendirikan Hardys sama dengan strategi Sam Walton mendirikan Wal-Mart yakni mulai dari daerah pinggiran sebelum menyasar ke pusat kota.

Setelah tiga tahun membangun sistem manajemen yang terintegrasi, tahun 2000 Hardys membuka outlet kedua di Seririt, Kabupaten Singaraja.

Kemudian kerajaan bisnis Gede Hardi bersama istrinya Ni Ketut Rukmini terus berkembang.

Berdasarkan catatan yang dihimpun Tribun Bali dari berbagai sumber, GH Hodings setidaknya telah memiliki 10 supermarket yang tersebar di sampir semua kabupaten di Bali, memiliki 9 department store, 2 Hardys gourmet, 2 Bali Craft Centre, 18 Hardy Store yang tersebar di Bali bahkan di sampai ke Banyuwangi, Jember, Probolinggo, memiliki 3 hotel, dan 12 HardysLand siap bangun. Juga ada properti lain milik GH Hodings di Lombok.

Modal untuk perputaran bisnis GH Holdings ini diperoleh di antaranya dari pinjaman sebanyak 20 bank dalam dan luar negeri bermodal kepercayaan.

Namun menurut pengakuan Gede Hardi, karena salah perhitungan dan terlalu ekspansif, kreditur menagih dan Hardy dianggap tak bisa membayar sehingga dinyatakan pailit pada 9 November lalu.

Untungnya, keluarga sangat men-support Gede Hardi.

"Saya sadar saya take a risk. Yang penting semua utang terselesaikan dan ada saldo lebih,” ujarnya, kemarin.

Gede Hardi memohon dukungan masyarakat Bali agar dia bisa bangkit kembali.

Dia yakin bisa bangkit, setelah melihat beberapa perusahaan dulu bangkit dari kepailitan, bahkan di antaranya beberapa perusahaan besar.

Awal modal yang dibutuhkan Gede Hardi untuk membangun Hardys hanya Rp 250 juta, yang dia dapatkan dari menjadi broker properti.

Besarnya Hardys juga dari sikap ekspansif Gede Hardi dalam mengembangkan bisnisnya.

“Karakter saya memang sangat ekspansif, sebab saya mengusung aliran Robert Kyosaki dan terus berusaha. Namun memang risikonya, kalau tidak terbang, yang 'tiarap',” ujarnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved