Breaking News

PT Hardys Retailindo Pailit

Ternyata Cik Telah Melihat Tanda Hardys Akan Kolaps, Begini Pengakuannya

Banyak pihak yang tidak percaya dan tidak menyangka brand ritel terbesar di Bali ini bakal mengalami kolaps setelah dinyatakan pailit.

Tribun Bali/I Nyoman Mahayasa
Suasana Hardys Mall di Jl Bypass Prof Ida Bagus Mantra, Banjar Siyut, Desa Tulikup, Gianyar, Senin (20/11/2017). Tampak baliho berisi pengumuman penghentian layanan yang dipasang di depan mall yang baru beroperasi sejak tahun lalu ini. Inzet: Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Causa Iman Karana 

Berdasarkan Undang-undang kepailitan dan PKPU Nomor 37 tahun 2004, Hardi membela diri dengan mendaftar Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) pada tanggal 18 Agustus 2017.

“Kemudian tanggal 25 September 2017, langsung turun putusan PKPU ini. Dari tanggal 25 September ini, saya diberikan waktu 45 hari untuk menyusun proposal perdamaian. Nah sampai 9 November 2017, dan seluruh kreditur voting. Kemudian pada saat voting itu, ada kreditur yang tidak menyetujui proposal perdamaian kami, dari kreditur dua bank yang sangat keras menolak dan akhirnya proposal perdamaian kami ditolak dan kami jatuh pailit,” tutur Gede Hardi terkait kepailitan usahanya.

Permasalahan Manajemen

Gede Hardi juga mengatakan penyebab terjunnya kerajaan bisnis ritel Hardys karena adanya pelemahan ekonomi dan menurunnya daya beli masyarakat.

Namun hal ini ditepis oleh Cik, mengingat ekonomi Bali masih berada di atas nasional dengan kisaran enam persen.

“Saya dengar masalahnya ada di dalam manajemen langsung, jadi apabila dikaitkan dengan daya beli mungkin gak langsung ya,” ucapnya.

Berdasarkan data BI, pertumbuhan ekonomi Bali pada Triwulan III-2017 masih di atas enam persen, tumbuh 6,22 persen (yoy), tumbuh lebih tinggi (akselerasi) dibandingkan Triwulan II-2017 sebesar 6,01 persen (yoy).

 Hal ini, kata dia, mengalami revisi ke atas dari sebelumnya 5,87 persen (yoy) dan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional pada Triwulan III-2017 sebesar 5,06 persen (yoy).

Realisasi pertumbuhan ekonomi Bali pada Triwulan III-2017 berada di atas proyeksi KPwBI Provinsi Bali sebesar 6,10 persen (yoy), namun masih masuk dalam range proyeksi 5,90-6,30 persen (yoy). 

Cik menjelaskan peningkatan kinerja ekonomi Bali pada Triwulan III-2017 dari sisi penawaran didorong peningkatan lapangan utama yaitu akomodasi makan-minum (Akmamin), perdagangan besar dan eceran, transportasi dan pergudangan, konstruksi, dan industri pengolahan.

Dengan kondisi ini, perkembangan kinerja ekonomi Bali secara kumulatif sampai dengan triwulan III 2017 (rata-rata triwulan I-III) tercatat sebesar 5,99 persen (yoy).

Tekanan cukup berat ekonomi Bali baru dirasakan pada Triwulan IV 2017 sejalan dengan peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Agung sehingga berpotensi menahan kinerja industri pariwisata sebagai motor penggerak ekonomi Bali.

Karena itu menurut Cik, pailitnya Hardys di bawah kepemimpinan Gede Hardi, tidak bisa serta merta dikatakan akibat dari penurunan daya beli karena pelemahan ekonomi.

“Kalau kita lihat brand ritel lain seperti Coco Mart dan sebagainya kan masih laku juga,” imbuhnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved