Gunung Agung Terkini
Erupsi Gunung Agung Kemarin Malam, Warga Begadang Meski di Radius 8 Km
Sebagian warga harus berjaga agar ada warga yang bisa memberi informasi jika terjadi hal terburuk dari Gunung Agung.
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Erupsi Gunung Agung, Karangasem, Bali kemarin yang disertai dengan lontaran lava pijar membuat warga di luar radius bahaya 6 kilometer khawatir.
Sejumlah desa pun menyatakan akan berjaga dan meminta warganya begadang jaga untuk mengantisipasi hal terburuk yang terjadi.
Baca: Sudah Beristri Dua, Mantan Wakil Bupati Klungkung Nekat Nikahi Istri Orang, Suaminya Pun Tak Terima
Baca: Gunung Agung Lontarkan Lava Pijar, Warga Diminta Tetap Hati-hati Kemungkinan Ini
Jumat (19/1/2018), Perbekel Amerta Bhuana, I Wayan Suara Arsana mengatakan, kemarin malam sebagian masyarakat Amerta Bhuana begadang di Pos Jaga di Banjar Dinas Sukaluwih, Desa Amerta Buana, Kecamatan Selat, Karangasem.
Sebagian warga harus berjaga agar ada warga yang bisa memberi informasi jika terjadi hal terburuk dari Gunung Agung.
Banjar Sukeluwih dipilih jadi tempat berjaga karena lokasinya paling tinggi dibanding banjar lain, sehingga diharapkan lebih cepat beri informasi.
"Malam ini saya bersama rekan-rekan akan berjaga. Ini untuk kenyamanan dan ketenangan warga di Amerta Bhuana," imbuh Suara Arsana.
Ia menambahkan, walaupun Desa Amerta Buana berada di radius 8 kilometer dari gunung, tapi warga khawatir dan takut dengan kondisi Gunung Agung pasca erupsi tadi malam.
Perbekel Dukuh, I Gede Sumiarsa juga mengutarakan hal yang sama. Pihaknya sudah minta warga agar terus waspada dan berjaga 1 orang di setiap rumah sampai kondisi benar-benar membaik.
Minimal jaga sampai pukul 00.00 Wita.
Sementara itu, tim Aeroterrascan bersama PVMBG gagal mengambil komponen gas, foto gambar, dan video terkini kondisi Gunung Agung, Jumat (19/1/2018), pukul 12.30 Wita.
Penyebabnya, alat sensor multigas yang diterbangkan bersama drone (pesawat tanpa awak) mengalami kerusakan.
Di samping itu, cuaca sekitar Gunung Agung tidak bersahabat alias mendung.
Penanggungjawab pemantauan Gunung Bali Nusa Tenggara Barat, PVMBG, Oktory Perambada menjelaskan, sistem power alat sensor multigas rusak, sehingga alat tidak bisa mengambil komponen gas yang keluar dari kawah gunung.
PVMBG masih mencarikan spareparts (suku cadang) di luar Bali agar sensor multigas normal kembali.
"Kita masih carikan spareparts. Besok (hari ini) kemungkinan penerbangan drone tetap dilakukan untuk mencari visual, gambar dan video. Semoga besok sparepars yang dibutuhkan bisa didapat," kata Oktary Prambad.
Flight Director Tim Aeroterrascan, Seno Sahisnu menambahkan, aeroterrascan akan menunggu hingga alat sensor gas bisa beroperasi untuk melanjutkan tugas.
Kemarin siang, tim sempat menerbangkan drone satu kali, tapi sebatas percobaan.
Penerbangan sampai ketinggian 3.300 meter dari puncak gunung.
"Penerbangan hanya di atas. Drone tak sampai menyisir kawah karena cuaca di gunung mendung. Waktunya juga sebentar, sekitar 20 menit. Terbang pukul 13.00 Wita, dan turun pukul 13.20 Wita. Besok (hari ini, red) kemungkinan menyisir kawah gunung untuk mencari foto serta video," ungkap Sahisnu.
Oktary menambahkan, hari ini kemungkinan tim akan mengambil foto serta video yang sifatnya sebagai data sementara.
Setelah itu baru dilakukan pengambilan komponen gas, itupun jika sistem power alat multi gas sudah beroperasi.
Proses pengambilan komponen gas, foto, dan video akan berlangsung selama 4 hari.
Gas yang paling dibutuhkan PVMBG untuk dijadikan bahan evaluasi status gunung yakni SO2, CO2, dan H2S.
Tiga komponen ini akan diukur konsentrasinya.
Apakah masih tinggi, turun, atau tetap?
Bercermin pada bulan kemarin, Oktary mengatakan bahwa konsentrasi gas yang keluar dari Gunung Agung cukup tinggi.
"Konsentrasi gas bulan lalu cukup tinggi, tapi angka detailnya saya lupa. Terakhir kali ambil sampel gas tanggal 16 Desember 2017. Sudah hampir sebulan lebih. Semoga saja konsentrasi gas sekarang menurun," tambah Oktary.
Untuk jumlah lava di permukaan kawah gunung, Oktary juga belum bisa memastikan untuknya.
Sebab, untuk mengukur itu perlu gambar tiga dimensi serta video.
Di atas itu semua, pengambilan komponen gas, foto serta video dengan drone adalah penting.
Oktary berharap semoga besok cuaca bersahabat, tak mendung.
"Sampel dan gambar yang didapat digunakan untuk bahan analisis dan evaluasi setiap minggu. Ini salah satu parameter untuk menentukan status suatu gunung," akuinya.(*)