Pastika Pangkas Perluasan Bandara Ngurah Rai, Sebut Bali Butuh Bandara Baru  

Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan akan memberikan rekomendasi untuk perluasan lahan parkir (apron) di Bandara Ngurah Rai

Penulis: Wema Satya Dinata | Editor: Ady Sucipto
Tribun Bali/Rizal Fanany
Bandara I Gusti Ngurah Rai di Badung direncanakan untuk diperluas, salah-satunya untuk keperluan pertemuan IMF-Bank Dunia pada Oktober 2018 nanti. Pertemuan akan dihadiri sekitar 17.000 peserta dari 189 negara, sehingga kapasitas Bandara Ngurah Rai perlu ditingkatkan untuk menampung lalu-lintas pesawat para delegasi. 

Alurnya, jelas Arie, AP I sebagai pemrakarsa perluasan apron mengajukan rekomendasi teknis kepada Gubernur, yang dilengkapi dengan kajian-kajian dan dokumen lainnya.

Bila rekomendasi sudah diterbitkan, selanjutnya rekomendasi itu akan disampaikan kepada pemohon.

"Nanti pemohon (AP I) yang mengusulkan Izin Lokasi ke Kementerian Kelautan dan Perikanan," jelas Arie.

Tentang Gubernur Bali yang akan berikan rekomendasi lahan perluasan apron hanya 40 Ha, Arie mengatakan belum bisa memberikan tanggapan.

“Kami masih akan berkoordinasi dulu dengan General Manager AP I. Besok (hari ini, red) kami baru bisa beri pernyataan,” kata Arie saat dihubungi Tribun Bali, Senin (2/4) malam.

Untuk diketahui, Bali akan menjadi tuan rumah pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) - Bank Dunia (World Bank) pada 8-14 Oktober 2018. 

Guna mendukung pertemuan yang akan dihadiri setidaknya 17.000 peserta dari 189 negara itu (termasuk 189 menteri keuangan, 189 kepala bank sentral, dan 23 kepala Negara), Bandara Ngurah Rai akan melakukan penambahan sejumlah fasilitasnya, termasuk perluasan apron (tempat parkir pesawat) di sisi barat.

Bandara di Bali Utara

Pastika mengatakan, tujuan perluasan apron Bandara Ngurah Rai bukan hanya untuk keperluan pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia 2018, namun untuk masa depan Bali.

Sekarang ini, jelas Pastika, ada banyak flight (penerbangan) yang dibatasi untuk mendarat di Bali.

“Banyak sekali flight yang tidak bisa masuk, terutama dari luar negeri karena tempatnya sudah tidak cukup. Frekuensi penerbangan di Bandara Ngurah Rai sudah terlalu padat. Pesawat harus berputar-putar di atas lama sekali. Parkir bandara tidak bisa menampung,” tuturnya.

Pastika menegaskan, Bali tidak bisa cukup hanya dengan Bandara Ngurah Rai saja. Sebab, saat ini saja terdapat 17 ribu penumpang wisatawan mancanegara (wisman) yang masuk Bali lewat Bandara Ngurah Rai setiap hari.

“Lima tahun ke depan kita perlu bandara baru, karena Bandara Ngurah Rai saat ini memang sangat padat sekali. Bali selatan akan sangat padat, sekarang saja jalan tol sudah macet,” ucapnya.

Terkait dengan rencana pembangunan Bandara di Bali Utara, dikatakan Pastika bahwa membangun bandara membutuhkan waktu minimal  sekitar 5 tahun, dan mungkin juga sampai 10 tahun lagi.

Pastika menambahkan, ia juga terus berupaya agar izin Penetapan Lokasi (Penlok) segera dikeluarkan supaya bandara Bali Utara bisa lebih cepat untuk mulai dibangun.

“Saya sudah bersurat kepada Presiden bukan lagi kepada kementerian perhubungan untuk penerbitan ijin Penlok (penetapan lokasi),” ungkapnya.(wem/sur)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved