Simpang Ring Banjar
Banjar Kayumas Kaja Warisi Taksu Sesuhunan Legong Keraton
Tepat di depan gerbang masuk balai Banjar Kayumas Kaja terdapat dua patung penari Legong. Patung tersebut bukan hanya sekadar pajangan
Penulis: Ni Putu Diah paramitha ganeshwari | Editor: Irma Budiarti
Menurut cerita, terbentuknya sekaa gong ini berawal dari seperangkat gong yang diberikan oleh anggota Puri Karangasem.
“Di wilayah banjar kami juga tinggal anggota Puri Karangasem. Merekalah yang menyumbangkan gamelan pertama untuk banjar kami. Untuk mengenang peristiwa itu, maka sekaa gong ini diberi nama Masuli Agung, artinya kurang-lebih ‘dari Anak Agung’,” tuturnya.
Menurut Suardika gamelan tersebut memiliki kualitas yang sangat baik.
Hingga saat ini gong tersebut masih dalam kondisi baik.
Sebagai upaya pelestarian budaya, banjar ini juga rutin mengadakan lomba tari tradisional.
Pesertanya terdiri dari kalangan anak-anak dan remaja.
“Untuk melaksanakan kegiatan ini kami bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan Kota Denpasar. Lomba ini dilaksanakan sebanyak 15 kali dengan memperebutkan Piala Bergilir Walikota. Sejauh ini antusias masyarakat untuk berpartisipasi sangat positif,” jelasnya.
Suardika mengungkapkan ada dua materi lomba yang tidak pernah absen dari event ini, yaitu Tari Condong dan Baris.
Keduanya merupakan tari tradisi.
Tari Condong pun merupakan bagian dari Legong Keraton.
Selain dua tarian tersebut, dilombakan pula beberapa tari lainnya.
Namun jenis tarinya tidaklah tetap.
Selain lomba tari, Banjar Kayumas Kaja pun sempat menggelar Lomba Gender Wayang dengan style Kayumas.
Tidak hanya dalam bidang seni-budaya, Banjar Kayumas Kaja pun memiliki beberapa kelompok olahraga untuk menyalurkan minat dan bakat anggotanya.
Ada kelompok pegiat sepeda (Satak CC), pecinta alam (Tapala Satak), dan klub memancing (Satak Fishing Club).