Simpang Ring Banjar

Bentuk Syukur Tradisi Mejurag Ajengan Kalesan di Desa Adat Ababi

Mejurag (berebut) Ajengan Kalesan atau Ajengan Takepan menjadi rangkaian acara ngejaga. Tradisi ini merupakan acara puncak

Penulis: Saiful Rohim | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/Saiful Rohim
Warga Desa Adat Ababi membawa nasi kalesan di Pura Dalem Desa Adat Ababi. 

Nyepi ini digelar untuk ngiringan Ida Bhatara Mesesanjan, dimulai pukul 07.00-16.00 Wita, setelah Ida Bhatara mesineb. Brata penyepian ditandai suara kulkul.

Bagi warga yang melanggar brata penyepian desa adat tidak diberikan sanksi.

Mereka hanya ditegur dan diminta untuk menghormati ritual warisan nenek moyang.

Bagi desa tetangga juga diminta menghormati prosesi penyepian yang digelar di Ababi.

"Untuk petani luar Desa Ababi yang mengarap sawah di Desa Ababi diminta tidak beraktivitas. Begitu juga dengan pelayanan hotel. Kalau sudah Nyepi Lanang dan Istri, kita pasang sawen (penanda) di perbatasan desa,” kata Sudiarsana. 

Kembangkan Sektor Pertanian

Desa Adat Ababi merupakan desa tua di Kabupaten Karangasem.

Jumlah penduduk sekitar 6.000 jiwa lebih.

Mata pencaharian warganya hampir 80 persen bekerja sebagai petani padi, bunga gumitir, cabai, dan petani tegalan.

Satu orang mampu menggarap puluhan are.

Menurut Kelian Desa Adat Ababi, Gede Pasek Ariana, bertani merupakan warisan nenek moyang.

Hal ini lantaran sumber mata air di Ababi melimpah.

Petani di Desa Adat Ababi tak pernah mengeluhkan masalah air, apalagi kekurangan.

Dikatakan, perairan semuanya lancar.

“Di sini banyak sumber mata air. Sumber yang besar yaitu sumber mata air Ha, sumber Tirtagangga, sumber Embukan, sumbar Pangi, dan sumber ketipat. Itu sumber air yang besar, belum yang kecil,” tambah Pangliman Desa Adat Ababi, Nyoman Sudiarsana kepada Tribun Bali, kemarin.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved