Inspirasi
Penuh Cobaan, Usaha Tenun Nyoman Sudira 20 Tahun Tetap Bertahan karena Spirit Ini
Selama 20 tahun bertahan dengan segala keterbatasan, Nyoman dan Istri mengaku banyak mendapat cobaan dalam usaha tenunnya.
Penulis: Busrah Ardans | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Laporan Wartawan Tribun Bali, Busrah Hisam Ardans
TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Usaha Pertenunan Astiti milik I Nyoman Sudira kini telah masuk 2 dekade.
Selama 20 tahun bertahan dengan segala keterbatasan, Nyoman dan Istri mengaku banyak mendapat cobaan dalam usaha tenunnya.
Namun semua cobaan mampu dihadapinya.
Baca: VIRAL! Maling Jual Kain Tenun Hasil Curiannya ke Pemilik, Nyoman Sudira Bersyukur pada Kekuatan Doa
Menurut dia, spiritnya bersama istri yakni memberi lowongan pekerjaan kepada sesama ialah yang mampu membuat usaha tenun Astiti bertahan hingga kini.
I Nyoman Sudira saat ditemui di rumahnya, Klungkung Selasa (8/5/2018) mengatakan usahanya tersebut sudah berjalan sejak 1998 hingga kini, sudah 20 tahun.
Spirit yang ada dalam dada Nyoman Sudira dan Istri yakni memperkerjakan tenaga kerja lokal.
"Sebenarnya di Gelgel ini kan sentra tenun juga Songket dan istri saya dari dulu berkecimpung di tenun. Nah dia kembangkan dan berupaya untuk menampung tenaga kerja sebanyak-banyaknya. Makanya ini padat karya, kita punya mesin tapi jarang dipakai. Karena tenaga-tenaga yang padat karya itu supaya dapat bagian juga. Kecuali jika ada pesanan besar baru dibantu dengan mesin klos itu," tutur Nyoman semangat.
Sejak awal terbentuk, niatnya selain nilai ekonomis tentu membuka lapangan pekerjaan.
Walaupun banyak usaha tenun seumur Tenun Astiti yang sudah bubar, namun Nyoman dan istri berusaha agar usahanya tetap berjalan.
"Memang kegiatan tenun-menenun ini sangat banyak menampung tenaga kerja. Dan itu juga saya sampaikan ke pemerintah apalagi dalam prosesnya selalu memiliki spesifikasinya. Banyak yang bilang kenapa masih bertahan. Yah kita lihat kasihan ibu-ibu rumah tangga ini kalau tidak punya kerjaan bagaimana? Tenaga mereka kurang, tidak bisa ke sawah. Jadi kami beri pelatihan awalnya dan gak papa kita bayar paling 10 hari sudah bisa," pungkasnya.
I Nyoman Sudira juga menjelaskan bagaimana dari awal hingga pasang surut usaha Tenunnya ditempa cobaan.
"Operasionalnya 1986 awalnya istri yang membangun, pas itu belum berizin. Kalau mau berizin harus miliki 20 unit tenun. Jadi setelah ada kita bikinkan izin dan berkembang sampai berjumlah 75 unit di sini, penuh nih. Perkembangannya kemudian pasang surut apalagi pas krisis moneter (krismon) ambruk lah ini. Ditambah lagi bom Bali dua kali yah ambruk," jelas Nyoman.
Nyoman melanjutkan tidak sampai di situ usahanya ambruk, setalah berturut-turut ditempa cobaan tahun 2002 banjir menghantam rumahnya yang merusak alat tenunnya.
"Pas krismon itu kita hanya bisa mengoperasikan cuma lima tenun, yah itu sudah mati gak hidup tak mau. Kemudian pas banjir tenun yang di bawah itu hancur semua pas banjir. Karena terendam air kita mau ngomong apa lagi," kata Nyoman bercerita haru.