Sosok Jenderal Asal Indonesia Ini Taktik Perangnya Diakui Dunia, Hingga Dicontek Banyak Negara
Tentu Jenderal Soedirman juga melakukan perang gerilya melalui taktik 'Siasat Nomor Satu' saat agresi militer Belanda II berlangsung.
TRIBUN-BALI.COM - Dengan iklim tropis dan kontur tanah yang bergunung-gunung serta berhutan, menjadikan Indonesia negara yang bisa disebut sebagai zamrud kathulistiwa.
Keadaan alam yang seperti itu membuat strategi pertahanan negara menyesuaikannya.
Jika perang sebelum dan mempertahankan kemerdekaan, maka para pejuang Indonesia selalu menggunakan taktik perang Gerilya.
Perang Gerilya adalah perang berintensitas rendah dan kecil.
Baca: Ditanya Mengenai Pembubaran HTI , Mahfud MD: Sama dengan Vonis Hakim PTUN
Selain itu perang Gerilya dilakukan secara sembunyi-sembunyi, bermobilitas tinggi serta melakukan sabotase dan penyekatan terhadap kekuatan musuh.
Para pejuang Indonesia melakukan perang gerilya karena sadar kekuatan musuh lebih besar dan tak bisa dilawan dengan perang konvensional (langsung).
Tentu Jenderal Soedirman juga melakukan perang gerilya melalui taktik 'Siasat Nomor Satu' saat agresi militer Belanda II berlangsung.
Taktik gerilya jenderal Soedirman berhasil membuat tentara Kompeni stress bukan kepalang karena pertempuran panjang yang berlarut-larut dengan para pejuang Indonesia.
Baca: Dollar Tembus Rp 14000, Begini Langkah Bank Indonesia
Bukan hanya jenderal Sudirman saja yang jago melakukan taktik perang gerilya.
Namun ada satu jenderal lagi yang sangat mahir melakukan perang gerilya, yakni Jenderal Abdul Haris Nasution.
Jenderal Nasution lahir di Mandailing Natal, Sumatera Utara, Hindia Belanda pada 3 Desember 1918.
Karir militernya dimulai ketika Nazi Jerman menduduki Belanda dan negara Kincir Angin itu membuka Korps Perwira Cadangan di Hindia Belanda, Nasution kemudian masuk ke korps tersebut.
