Liputan Khusus
WASPADA! Masih Marak Penipuan via Ponsel di Bali, Dua Korban Ini Mengaku Seperti Dihipnotis
Namun, hingga saat ini aneka modus penipuan via ponsel yang merugikan masyarakat hingga jutaan rupiah, masih sulit diungkap
Penulis: I Wayan Erwin Widyaswara | Editor: Ady Sucipto
Aka lantas menawarkan rekening adiknya, karena Aka tak punya rekening bank. Percakapan telepon selesai, dan Darmawan mengisyaratkan segera transfer DP uang sewa ke rekening adiknya yakni Wayan Sania.
Darmawan kemudian menelepon kembali dan menyatakan sudah mentransfer uang ke rekening adiknya. Aka dan adiknya menuju BNI Sanur di dekat markas Polsek Denpasar Selatan untuk mengecek transferan. Setelah dilihat di ATM, ternyata tidak ada transfer yang masuk, dan Aka pun menelepon Darmawan. Ketika Darmawan ditanya, ia ngotot bahwa dananya sudah ditransfer.
Darmawan kemudian meminta Aka memberikan nomor telepon adiknya. Darmawan berkomunikasi dengan adiknya Aka. Dalam komunikasi itu, Wayan Sania dituntun Darmawan untuk melakukan transaksi.
"Anehnya, adik saya nurut saja dengan apapun yang dibilang oleh Darmawan. Di mesin ATM, adik saya pencet-pencet saja ngikuti perintah Darmawan lewat telepon,” papar Made Aka.
Atas perintah Darmawan, Sania melakukan transfer dua kali, pertama sekitar Rp 7,9 juta dan kedua Rp 19,9 juta.
Setelah dua kali Sania tuntas lakukan transfer yang dituntun Darmawan, Aka dan Sania belum sadar bahwa uang di rekening Sania sudah dikuras Darmawan.
Perbuatan Darmawan baru terkuak saat Sania akan transfer dana pelunasan cicilan motor di ATM esok harinya. Saat akan transfer dana ke pihak kreditur motor, transfer selalu gagal dan gagal lagi. Akhirnya, Sania mengecek menu saldo di mesin ATM itu. Saat itulah baru Sania kaget dan lemas karena tertulis di layar ATM bahwa saldonya kosong. Saldo di rekeningnya yang sebelumnya masih berisi uang Rp 27.947.610 tak tersisa sedikitpun.
"Saat kami telepon lagi Darmawan, nomornya tidak bisa dihubungi. Sebelumnya Darmawan itu sempat minta ke Sania agar struk bukti transfer disobek. Beruntung adik saya tidak menyobeknya. Bukti itu kini jadi barang bukti untuk laporan ke polisi,” kata Aka.
Pengalaman ditipu lewat ponsel juga dialami oleh Kadek Rahyuni. Warga Kelurahan Beng, Kabupaten Gianyar, ini saat penampahan Galungan pada 8 Juni lalu terkuras sisa gajinya karena tak sadar telah mentransfer sejumlah uang ke pelaku penipuan yang mengatasnamakan pihak perbankan.
“Saya ditelepon orang tak dikenal. Pertama saya angkat, bilangnya dari sebuah bank, trus saya langsung matikan, karena tahu itu penipuan. Tapi dia menelepon terus, dan akhirnya saya angkat. Gak tahu terasa seperti dihipnotis, saya nurut saja,” tutur Rahyuni.
Total kerugian yang dialami Rahyuni sebesar Rp 400 ribu. Untungnya beberapa hari sebelumnya Rahyuni sudah menarik uang Rp 1 juta di rekeningnya, sehingga yang tersisa di ATM tinggal Rp 400 ribu.
Awalnya ia tidak percaya terhadap orang yang tiba-tiba menghubunginya. Namun karena rayuan yang berulang-ulang, akhirnya Rahyuni pun tergiur hadiah ‘undian bank’ yang disebutkan penelepon. Rahyuni pun menuruti semua yang diucapkan penelepon untuk transfer duit.
“Saya ikuti semua perintahnya, setelah 5 menit saya baru sadar kena tipu,” tutur Rahyuni.
Sempat dia menghubungi pihak bank yang disebut penelepon, namun ternyata tidak bisa diproses. Saat Rahyuni menghubungi penipu, nomornya selalu dimatikan.
Rahyuni sebetulnya berniat melaporkan kasusnya ke polisi agar tak ada korban-korban lain. Namun, orangtuanya tidak mengizinkan.