Liputan Khusus
Kisah Penghuni Abadi Rumah Sakit Jiwa Bangli, Ditolak Keluarga Saat Dipulangkan Karena Alasan Ini
Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali (RSJ) di Bangli ternyata banyak yang ditolak oleh keluarga
Penulis: I Wayan Erwin Widyaswara | Editor: Ady Sucipto
Apabila dalam diskusi pihak keluarga tidak menerima kehadiran ODGJ itu, maka pihak RSJ Bangli akan menggunakan program droping yang bekerjasama dengan Dinas Sosial setempat.
"Jadi paling tidak kita rawat mereka di sini berdasarkan skema itu. Kalau tidak, keluarga suruh datang ambil pulang dulu, atau drop di sosial, kemudian dimasukkan lagi ke kita. Intinya pasien di sini tidak bisa seterusnya dirawat tanpa pernah keluar dari rumah sakit, karena itu kan skema pembiayaannya JKN. Itu salah satu problem kita di sini," terangnya.
Dijelaskan, untuk pasien gangguan jiwa tidak bisa sekali keluar dari rumah sakit langsung sembuh. 60 persen dari total pengidap skizofrenia, kata dia, pasti sempat bolak-balik dari kediamannya ke RSJ.
Hal ini disebabkan oleh banyak faktor. Di antaranya faktor keluarga yang tidak disiplin dalam merawat, atau memberikan obat, faktor komunikasi antarkeluarga, lingkungan sekitar, dan faktor bawaan.
"Obatnya harus diteruskan. Biasanya sudah di rumah, dan menganggap sudah sembuh, obatnya tidak diteruskan, kambuh lagi. Penyakit jiwa itu kan agak lama sembuhnya," jelas Basudewa.
Perhatian dari Keluarga
Kasi Kesehatan Jiwa Masyarakat (Keswamas) RSJ Bangli, dr Bagus Surya Kusuma Dewa menambahkan, apabila pasien RSJ saat akan dipulangkan mendapatkan penolakan dari keluarga atau desa setempat, maka langkah yang dilakukan pihak RSJ yakni melakukan kerjasama dengan instansi yang membidangi masalah sosial, seperti kepala dusun, kepala desa, camat, hingga dinas sosial, dan instansi lainnya.
"Hal itu untuk memberikan pengertian pada keluarga tersebut bahwa orang dengan gangguan jiwa ini bukan hanya obat saja yang dibutuhkan, tapi juga perhatian dari keluarga. Lingkungan sekitar sangat mempengaruhi apakah pasien bisa sembuh atau tidak itu dipengaruhi oleh hal-hal tersebut," jelas dr Bagus.
Apabila dengan cara pendekatan kekeluargaan tidak juga berhasil, maka RSJ bekerjasama dengan dinas sosial, kementerian sosial, polri, BPJS, kemendagri, dan instansi terkait tetap akan merawat pasien tersebut.
"Kalau sudah seperti itu, kan sudah menjadi masalah sosial. Karena kalau gangguan jiwa itu bukan soal kesehatan saja, tapi ada masalah sosial, penanggungannya, masalah keamanan, administrasi kependudukan dia. Jadi ini merupakan masalah bersama, bukan masalah satu instansi saja," papar dr Bagus. (win/zan)