Gunung Agung Terkini
Lontaran Lava Pijar Gunung Agung Capai 2 KM, Warga Berhamburan Turun Gunung Mengungsi
Warga di sekitar lereng gunung panik, dan berhamburan turun gunung untuk mengungsi ke daerah-daerah yang lebih rendah.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Ady Sucipto
Relawan Pasebaya melaporkan bahwa lontaran lava pijar dari puncak Gunung Agung ke lereng bagian timur hingga timur laut ke daerah Culik dan Dukuh di Kabupaten Karangasem.
Selain itu juga mengarah ke bagian barat dan selatan. Akibatnya hutan di puncak kawah terbakar cukup luas.
Pantauan satelit Himawari BMKG menunjukkan bahwa sebaran abu vulkanik dominan mengarah ke barat.
Namun hingga tadi malam Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, masih beroperasi normal. Demikian pula bandara di Banyuwangi, Jember, dan Lombok.
Pelepasan Energi
Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung Api Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana, menjelaskan tingginya aktivitas Gunung Agung beberapa hari belakangan bukanlah dibangun dalam sehari.
Pihak PVMBG telah mengamati adanya peningkatan tekanan di perut Gunung Agung sejak 13 Mei 2018.
"Jadi beberapa erupsi hari ini, adalah wujud pelepasan tekanan energi di perut Gunung Agung yang kita sudah amati sebulan terakhir," ujar Devy Kamil Syahbana di Pos Pantau Gunung Agung, Desa Rendang, Karangasem, tadi malam.
Ia menjelaskan, sejak tanggal 28 sampai 29 Juni, Gunung Agung terus mengalami erupsi efusif. Lava mengalir dan mendingin ketika di permukaan kawah.
Permukaan kawah yang disebabkan lava membatu, menyebabkan permukaan kawah jadi keras. Hal ini menyebabkan magma tertahan dan sulit keluar ke permukaan. Sementara, tekanan suplai magma dari perut gunung terus berusaha keluar ke permukaan.
"Tekanan ini pun terus terakumulasi dan menjadi besar. Jika lapisan penahan dari lava mengeras dan tidak kuat lagi menahan tekanan magma dari bawah, maka terjadilah letusan strombolian seperti yang terjadi malam ini," jelas Devy.
Devy juga menegaskan, sepengamatan PVMBG lava dan batu pijar terlontar ke segala arah dengan jarak bervariatif mulai dari 500 meter hingga 2.000 meter (2 kilometer) dari kawah Gunung Agung.
Lontaran lava yang sangat panas, menyebabkan kebakaran hutan di sekitar puncak Gunung Agung.
"Dari jam 6 sampai petang kita tidak amati cahaya api atau glow. Itu bukanlah tanda Gunung Agung mulai tenang, justru itu tandanya lapisan di permukaan mengeras dan jika tidak kuat menahan tekanan di bawah, maka terjadi letusan strombolian," ungkapnya.
Kondisi ini pun diprediksi masih terjadi. Kedepannya Gunung Agung masih akan mengalami erupsi efusif berupa aliran lava di permukaan dan eksplosif berupa lontaran lava dan batu pijar.