PLTU Celukan Bawang Tahap II Disebut akan Berdampak pada Peningkatan Angka Kematian Dini

Greenpeace Indonesia menilai, PLTU Celukan Bawang II di Bali utara yang saat ini sedang diusul dinilai akan menyebabkan kontaminasi merkuri

Penulis: Hisyam Mudin | Editor: Ady Sucipto
Tribun Bali/Hisyam Mudin
Suasana diskusi publik yang digelar di Warung Mina, Denpasar, Jumat (13/7/2018). 

Di Indonesia resiko terkena dampak kata dia sangat tinggi karena kontrol polusi terlemah di Asia Timur.

"Jauh lebih lemah daripada di Cina atau Jepang," katanya.

Dijelaskan, PM2.5 ini merupakan partikel halus yang dihasilkan dari semua jenis pembakaran, termasuk pembangkit listrik. Partikel ini akan tetap bertahan di udara dalam jangka waktu lama dan tertiup angin hingga ratusan mil.

Partikel halus ini kata dia merupakan polutan yang sangat berbahaya karena mengandung senyawa beracun lainnya yang dapat tertiup dan langsung masuk hingga ke aliran darah manusia.

"Paparan jangka panjang dari PM2.5 dapat menyebabkan asma, infeksi saluran pernafasan akut, terutama pada anak-anak. Kanker paru-paru dan juga memperpendek usia," katanya.

Lebih lanjut dijelaskan, emisi NOx, SO2 (sulfur dioksida) dan debu dari PLTU Celukan Bawang secara bersamaan dapat menyebabkan hujan asam yang merusak tanaman dan tanah, serta membawa kandungan logam berat beracun seperti arsenik, nikel, krom, timbal dan merkuri.

PLTU Celukan Bawang, kata dia, pertahun diproyeksikan akan mendistribusikan sekitar 15 kilogram merkuri dan mengendap di daratan sekitar lokasi proyek.

Sementara sekitar 40 persen merkuri akan terdistribusi ke lahan hutan dan 49 persen ke lahan pertanian.

Hindun Mulaika, Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, mengatakan ekspansi perluasan PLTU Celukan Bawang yang diusulkan ini sangat tidak wajar, terutama karena didorong oleh keputusan Gubernur Bali tanpa penilaian yang memadai dari dampak merkuri yang dihasilkan dan polutan berbahaya lainnya.

"Bahkan tidak ada perhitungan jumlah emisi merkuri yang tertera dalam AMDAL proyek ekspansi tersebut. Seharusnya dengan AMDAL ini kan acuannya lebih failed. Perluasan ini akan berdampak secara akumulasi, dampaknya lebih besar," ujarnya kemarin.

PLTU Celukan Bawang ini kata dia akan merusakan pariwisata Bali, terlebih lagi secara khusus pariwisata Buleleng.

Ekosistem Taman Nasional Bali Barat (TNBB) dan kondisi koral serta kehidupan lumba-lumba di pantai Lovina sangat terancam terkena dampak dari PLTU Celukan Bawang.

Hal ini kata dia lokasi TNBB terletak hanya 40-50 km, sementara pantai Lovina terletak hanya 20-30 km dari PLTU Celukan Bawang.

Dengan demikian, ia mengatakan, emisi dari pembangkit batu bara akan membahayakan lingkungan Taman Nasional Bali Barat, rumah bagi satwa langka dan dilindungi termasuk macan tutul Jawa, trenggiling dan jalak Bali.

Begitu juga pariwisata di pantai Lovina, kawasan wisata populer yang terkenal dengan pantai pasir hitam, terumbu karang, dan lumba-lumba.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved