Gempa Lombok

Mensos Kunjungi Korban Gempa di Lombok Timur, Pastikan Semua Kebutuhan Dasar Warga Terpenuhi

Menteri Sosial Idrus Marham mengunjungi dua posko pengungsi yang didirikan Kementerian Sosial

Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Irma Budiarti
Istimewa/Biro Humas Kemensos

LDP bagi anak-anak dilakukan dengan bermain, menceritakan dongeng, menyanyikan lagu-lagu, dan berbagai kegiatan kesenian lainnya.

Sedangkan untuk orang dewasa trauma healing yang dilakukan berupa konseling.

Harapannya, para korban bencana mampu melupakan kejadian gempa tersebut.

Selain trauma healing, hal paling penting lainnya adalah mitigasi, pelatihan, dan persiapan untuk korban bencana sebelum bencana terjadi.

Sementara itu, Ibu Hendi (42) yang tinggal di Tenda Kesehatan Posko Induk Kecamatan Sembalun mengaku tak menyangka gempa merobohkan seluruh bangunan rumahnya.

Sambil mengusap air mata dengan ujung jilbabnya, mantan TKI ini berkisah tentang kejadian gempa di Minggu pagi itu. 

"Saya sedang bersiap memasak, di rumah sedang ada 18 tamu dari Malaysia. Mereka baru menyelesaikan pendakian Rinjani. Saat gempa terjadi, semua berhamburan keluar. Tapi satu orang tamu tertinggal karena dia masih tidur," tuturnya terbata-bata. 

Di tengah kepanikan semua orang, Ibu Hendi mendengar suara anak perempuannya memanggil dari balik reruntuhan bangunan rumah.

Ia pun bergegas mencari asal suara dan menemukan anak bungsu dari dua bersaudara itu kakinya tertimbun tembok dan atap yang roboh. 

"Setelah anak saya selamat kami mencari satu orang tamu yang juga tertimbun, namun ternyata saat ditemukan sudah meninggal dunia," kata dia. 

Anggota Tagana Lombok Timur Tahraini mengungkapkan warga merasakan trauma mendalam sejak gempa pertama kali mengguncang pada Mingg (29/7/2018) pagi pukul 06.47 WITA.

Gempa berkekuatan 6,4 SR itu berkedalaman 10 km terus diikuti gempa susulan hingga berpuluh-puluh kali. 

"Saya tak bisa lagi menghitung berapa kali gempa terjadi dan berapa kalinkami harus berlarian ke jalan raya. Frekuensinya sangat sering hingga warga tak ada yang berani tidur di dalam ruamg pada Minggu malam," katanya. 

Eni, demikian ia biasa disapa, menuturkan warga tidur di tenda-tenda yang mereka dirikan dengan terpal secara swadaya.

Tenda mereka dirikan di depan rumah dan tak jauh dari tenda, sepeda motor warga terparkir rapi.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved