Simpang Ring Banjar

Ritual Khusus Sasih Kelima Banjar Kesian, Hindarkan Masyarakat dari Wabah Penyakit

Setiap sasih kelima, desa adat di Bali menggelar ritual khusus untuk menangkal kekuatan negatif

Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Irma Budiarti
Istimewa
Aktivitas berkesenian generasi muda di Banjar Kesian, Desa Lebih, Gianyar. Suasana Bali sangat kental di Banjar Kesian, Desa Lebih, Gianyar, dengan bangunan-bangunan berarsitektur khas Bali, dan pepohan di pinggir jalan, Kamis (9/8/2018). 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Sasih kelima menjadi musim yang sangat 'ditakuti' masyarakat Bali.

Pada musim ini masyarakat sangat mudah terserang penyakit.

Tanaman pun kerap gagal panen.

Para tetua zaman dulu mengatakan, kondisi ini disebabkan Ratu Gede Mecaling yang berstana di Nusa Penida, bersama pengikutnya berupa raksasa, datang ke tanah Bali untuk menyebarkan penyakit.

Hingga saat ini, kepercayaan tersebut masih dipegang teguh oleh masyarakat Bali.

Karena itu, setiap sasih kelima, desa adat di Bali menggelar ritual khusus untuk menangkal kekuatan negatif tersebut.

Namun bentuk ritual yang dilakukan setiap desa adat, terkadang berbeda antara satu dengan lainnya.

Seperti di Banjar Kesian, Desa Lebih, Kecamatan Gianyar.

Klian Adat Banjar Kesian, I Wayan Kader saat ditemui di rumahnya, Kamis (9/8/2018) mengatakan, setiap sasih kelima, Ida Bhatara Sesuhunan dalam wujud beliau sebagai barong bangkal dan rangda akan ngenteg di Pura Dalem.

Saat Hari Kajangkliwon, masyarakat akan mengiringi Ida Bhatara mengelilingi setiap wilayah di Desa Pakraman Kesian.

Saat Ida Bhatara tiba di perempatan agung, krama adat akan menggelar ritual pitik selem (anak ayam berwarna hitam).

Selama Ida Bhatara tidak mengelilingi kawasan desa adat.

Maka di hari-hari biasa, krama adat wajib menghaturkan rayunan (makanan), yang dipersembahkan kehadapan Ida Bhatara sebanyak empat kali dalam satu hari.

“Krama setiap hari menghaturkan rayunan sebanyak empat kali. Paginya dua, dan sorenya dua. Tidak semua krama dalam satu hari, tetapi kami giliran, yang penting dalam sehari itu ada empat rayunan,” ujarnya.

Adapun isi dari rayunan tersebut, kata dia, disesuaikan dengan kemampuan masyarakat.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved