Simpang Ring Banjar
Ritual Khusus Sasih Kelima Banjar Kesian, Hindarkan Masyarakat dari Wabah Penyakit
Setiap sasih kelima, desa adat di Bali menggelar ritual khusus untuk menangkal kekuatan negatif
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Irma Budiarti
Namun yang terpenting, dalam setiap rayunan tersebut berisikan tipat kelan, telur, base sayoan, dan bawang jahe.
Selain itu, saat sasih kelima ini, Desa Pakraman Kesian juga memiliki ritual khusus untuk rumah masyarakat.
Pemangku setempat akan membuat tirha, dan tirta ini dipercikkan oleh setiap krama di angkul-angkul (pintu masuk), rumah, untuk menghindari penyakit yang disebarkan Ratu Gede Mecaling dan pengikutnya.
Grubug dan Gagal Panen
Belum diketahui sejak kapan tradisi di Banjar Kesian ini mulai digelar.
Namun demikian, di masanya, tidak pernah ada masyarakat yang mengabaikan tradisi tersebut.
Menurut penuturan para tetua, beberapa tahun silam tradisi ini pernah tidak digelar, entah karena alasan apa.
Akibatnya, saat itu ada petani setempat yang bekerja di sawah hingga siang hari.
Ketika pulang ke rumah, petani itu langsung sakit, dan tidak berselang lama, meninggal tanpa sebab jelas.
Selain itu, tanaman-tanaman pun banyak gagal, sehingga masyarakat menjadi kelaparan.
Sebab saat itu, masyarakat hanya hidup dari hasil pertanian.
“Sejak kejadian itu, masyarakat pun kembali menggelar tradisi ini. Dan, sampai saat ini tetap ajeg,” ujar Klian Adat Banjar Kesian, I Wayan Kader.
Mengabdi Lewat Seni
Sejak beberapa tahun ini, seni kerawitan di Banjar Kesian, Desa Lebih Gianyar mulai melejit.
Bahkan, banjar yang terdiri dari 440 kepala keluarga (KK) ini memiliki tiga generasi penabuh.