Simpang Ring Banjar
Jro Mangku Tak Boleh Merapal Mantra, Genta Peninggalan Pasek Gelgel Pimpin Ritual
Pada umumnya, piodalan dipimpin oleh sulinggih. Namun hal ini tidak terjadi di Banjar Paneca
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Irma Budiarti
Sebab setiap hari-hari tertentu, bajra tersebut mengeluarkan bunyi meskipun tidak ada yang menggerakkan.
“Saat hari-hari tertentu, biasanya ada saja masyarakat yang mendengar suara bajra. Biasanya malam hari, dan yang mendengar hanya orang-orang tertentu saja. Kalau dulu, intensitas bunyi niskalanya sangat sering. Tapi sejak beberapa tahun ini, sangat jarang. Mungkin karena sekarang, sudah ada televisi, jadi suara niskala bajra luput dari pendengaran,” ujarnya.
Lalu, ketika bajra tersebut mengeluarkan bunyi niskala, apa yang dilakukan pihak banjar?
“Kami tidak melakukan apapun, karena tidak tahu apa yang harus dilakukan. Tapi, dengan adanya bunyi niskala ini, bhakti kami menjadi semakin khusyuk,” tandasnya.
Menurut Sudira, ritual keagamaan di Banjar Paneca yang dipimpin oleh bajra, menyebabkan setiap ritual bisa berjalan sesuai kemauan masyarakat.
“Banyak nilai positifnya, terutama dari segi waktu. Jika menggunakan sulinggih, terkadang kita harus menunggu lama. Sebab kadang-kadang sulinggih kan memimpin upacara di banyak tempat dalam hari bersamaan. Kalau di sini, jika semua upakara sudah siap, ritual bisa langsung digelar,” ucapnya.
Pariwisata Jadi Andalan
Sejak industri pariwisata menjamah kawasan Desa Melinggih Kelod masyarakat setempat tidak ada lagi yang menjadi penggangguran.
Kondisi inipun telah menghilangkan tradisi negatif generasi muda setempat.
Seperti, minum-minuman keras, perkelahian dan sebagainya.
Selain melimpahnya lapangan pekerjaan di bidang pariwisata, masyarakat setempat juga disibukkan aktivitas beternak babi.
Bendesa Banjar Paneca, I Ketut Sudira mengatakan, pesatnya perkembangan industri pariwisata di dekat Banjar Paneca, telah memberikan dampak positif terhadap warganya.
Hal positif, kata dia, terjadi sejak 10 tahun terakhir ini.
“Sekarang, tidak ada yang pengangguran. 10 tahun lalu masih banyak, sehingga hampir tiap hari generasi muda di sini kerjaannya mabuk-mabukan saja. Sekarang hal itu sudah tidak ada lagi,” ujarnya.
Pekerjaan di bidang pariwisata, kata Sudira, bukan sebatas bekerja di dalam akomodasi pariwisata itu.