Dulu Jadi Tempat Pembuangan Limbah, Kini Tukad Bindu Jadi Lokasi Wisata Yang Asri

Puluhan anak secara bergiliran menceburkan dirinya ke air sambil tertawa lepas menikmati liburan sekolah.

Penulis: Putu Supartika | Editor: Alfonsius Alfianus Nggubhu
Tribun Bali/Putu Supartika
Tukad Bindu 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Keciprat air di kiri dan kanan bibir sungai Tukad Bindu, Denpasar ketika tubuh seorang anak tercebur ke dalam air setelah melompat dari atas bendung

Puluhan anak secara bergiliran menceburkan dirinya ke air sambil tertawa lepas menikmati liburan sekolah.

Baca: Balita Malang Ini Meninggal Dalam Penerbangan Pesawat Garuda Dari Kupang Menuju Denpasar

Baca: STARTING XI Bali United vs Persela Lamongan, Brwa Nouri dan Fadil Sausu Absen

Baca: Penduduk di Negara Ini Mengaku Sebagai Inkarnasi Terbaru Dari Para Alien Yang Dijuluki Jaguar

Baca: Pengakuan Mengejutkan Fela, Gadis Indonesia yang Jual Keperawanannya Hingga Ungkap Fakta Begini

Di antara mereka ada Agus Ari, yang sering datang ke sungai ini untuk bermain dan berenang.

"Sering saya ke sini kalau liburan. Dari pagi sudah di sini," kata Ari dengan tubuh basah ketika ditemui tribun-bali.com, Selasa (11/9/2018) siang.

Tukad Bindu, kini menjadi arena bermain anak-anak, tempat berlibur, belajar, maupun olahraga.

Sebelum tahun 2010, Tukad Bindu adalah tempat pembuangan limbah rumah tangga.

Sungai kotor tak terawat, tak ada anak-anak yang sudi menceburkan diri ke air untuk berenang sambil bercanda.

Hingga akhirnya, atas inisiatif Kepala Lingkungan Banjar Ujung, Kesiman, Denpasar, AA Ari Temaja bersama beberapa warga sekitar, Tukad Bindu berbenah secara perlahan.

"Ini awalnya diprakarsai Kaling Banjar Ujung, Bapak AA Ari Temaja untuk mendukung program kali bersih di Denpasar. Tahun 2010 mulailah warga sekitar yang berada di bantaran sungai diberikan pemahan agar tidak membuang limbah ke sungai," kata Ketua V Bidang Keamanan Yayasan Tukad Bindu, I Made Gede Duaja yang sedari pagi hingga sore berada di sana.

Mengubah mindset masyarakat di bantaran sungai memang merupakan langkah yang cukup ampuh untuk menjadikan sungai menjadi bersih.

Jika tidak ada sinergi dengan masyarakat di bantaran sungai, sangat mustahil akan terwujud.

"Apalagi ada empat banjar disepanjang bantaran sungai yang kami tata ini. Memang susah pada awalnya, tapi astungkara kini Tukad Bindu telah menjadi lebih baik," papar lelaki berambut panjang ini.

Melangkah pelan tapi pasti, kesan sungai yang jorok, pelan-pelan hilang dan sekarang menjadi pilihan untuk berlibur di Kota Denpasar.

Selain itu, sejak 22 Maret 2017 terbentuk sebuah Yayasan Tukad Bindu yang beranggotakan 15 orang.

Dari tangan mereka, sungai ini semakin tertata dan berbenah.

"Dua tahun saya ikut di sini, banyak cemohan yang saya terima awalnya. Mereka bilang, 'Nyampat di jumah dogen kapah, payuan nyampat di tukade' (menyapu di rumah saja jarang, lebih sibuk menyapu di sungai). Tapi saya tetap bergerak. Nyari orang gila yang punya ide dan mau bergerak dan berbuat itu susah. Walaupun saya tak bisa menikmati, anak cucu nanti yang menikmati," tuturnya.

Dan kini mereka bangga atas respon dari anak-anak yang dulunya tak bisa main ke aungai sekarang bisa merasakan bagaimana berenang di sungai.

Ia mengajak semua yang datang ke sana untuk ikut merawat apa yang ada.

"Saya marahi anak-anak kalau merusak. Ikutlah merawat, sekecil apapun itu. Kalau ada tanaman kena injak bangunkan atau tanam kembali. Kalau tidak bisa melakukannya bilang saja ke saya, saya yang akan melakukannya sebisa saya," tutur lelaki tamatan SMA itu.

Tempat ini akan ramai bila hari libur, termasuk Sabtu Minggu.

Saat hari libur, ibu-ibu datang pagi untuk jogging atau olahraga karena di sana ada jogging track dan fasilitas olahraga di pinggir sungai.

Jika hari biasa, pada jam-jam pulang sekolah, pukul 14.00 atau 14.30, puluhan anak sekolah juga bermain di sungai.

Tak hanya tempat bermain, Tukad Bindu juga menjadi tempat untuk belajar mengenal sungai dan alam.

"Besok siswa dari SMP PGRI 6 Denpasar sebanyak 308 orang juga akan datang ke sini untuk belajar tentang sungai," tuturnya.

Tak ada tiket masuk ke objek wisata ini. Dan jika ingin berdonasi seiklasnya, telah disediakan kotak donasi di sebelah utara.

"Memang belum ada pendapatan yang banyak. Kita hanya mengandalkan warung-warung kuliner yang ada di bantaran sungai ini untuk ikut berkontribusi. Kita berdayakan UMKM warga sekitar untuk berjualan di sini," imbuhnya.

Lapak-lapak kecilpun bisa ditemui di kiri dan kanan sungai yang membelah Desa Kesiman Petilan dengan Kelurahan Kesiman ini.

Sekadar duduk menikmati secangkir kopi, segelas jus, atau makan ringan bisa ditemui di sini sambil melihat aliran kelokan sungai yang semakin berbenah menjadi lebih baik. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved